Page 109 - Sang Pemimpi by Andrea Hirata (z-lib.org)
P. 109

itu  datang  ia  jadi  pendiam  dan  giat  bekerja,  sekarang  ia  jadi  lebih
              pendiam  dan  malas  bekerja.  Sepanjang  waktu  ia  hanya  melamun.  Ia
              merindukan  kuda-kuda  itu,  Tidurnya  makin  gelisah  dan  sering  kami
              terkejut  tengah  malam  karena  Jimbron  mengigau  meringkik-ringkik.  Ia
              hanya bisa disadarkan jika hidungnya dijepit dengan jepit jemuran yang
              bergerigi..
                  Sesekali  kami  dengar  orang-orang  kepercayaan  Capo  membawa
              kuda-kuda  Australia  itu  berjalan-jalan  keliling  kampung.  Tapi  kami  tak
              pernah mendapat kesempatan melihat lagi makhluk-makhluk memesona
              itu.  Selebihnya  hewan  itu  dipelihara  secara  intensif  di  tempat  yang  tak
              bisa dilihat dari luar..
                  Sering lama-lama Jimbron hanya memandangi gambar kepala kuda
              di  dinding  los  kontrakan  kami.  Ia  mulai  malas  makan  dan  lupa  bahwa
              kedudukan  sebenarnya  adalah  sebagai  seorang  penuntut  ilmu  di  SMA
              Negeri Bukan Main.  Pekerjaan rumah  pun sudah  tak  mau disentuhnya.
              Aku dan Arai tak dapat menemukan cara untuk menghiburnya, Jimbron
              telah  berubah  menjadi  orang  lain  yang  rusak  vitalitasnya  gara-  gara
              merindukan kuda. Melihat kemerosotan mental Jimbron setiap hari, aku
              mulai percaya jangan-jangan teori ibuku bahwa penyakit gila ada empat
              puluh  empat  macam  memang  benar  adanya.  Keadaan  semakin  parah
              karena  Arai  memutuskan  untuk  berhenti  sementara  menjadi  kuli
              ngambat..
                  “Ada  kerja borongan  sebentar di Gedong, tak’kan lama,  bisa  kerja
              setiap  pulang sekolah. Orang staf di sana mau membayar  harian,  bagus
              pula bayarannya itu....
                  “Bukankah kita harus banyak menabung untuk sekolah ke Prancis!!
              begitu, ’kan saudaraku, Jimbron??.
                  “Tak’kan lama, hanya dua bulan, nanti kita ngambat lagi...
                  “Aku  termangu  Jimbron  tak  peduli.  Dua  bulan  berikutnya  adalah
              siksaan tak terkira buatku karena semakin hari keadaan Jimbron semakin
              gawat. Jika diajak bicara, maka aku hanya bicara sendiri. Sore hari, pada
              jam  ketika kuda-kuda itu datang,  matanya  sayu memandangi dermaga.
              Dadaku  sesak  melihatnya.  bahkan  sepeda  jengki  kebanggaannya  yang
              telah  ia  sulap  menjadi  kuda  kini  digantungnya.  Ia  berjalan  kaki  malas-
              malasan berangkat sekolah..
                  Arai  selalu  pulang  malam  dan  langsung  mendengkur  tak  mau
              mendengar keluh kesahku. Aku cemas akan keadaan Jimbron yang untuk
              pertama  kalinya,  susut  berat  badannya.  Setiap  hari  aku  berdoa
              mengharapkan  keajaiban  dan  tahukah,  Kawan,  keajaiban  itu  datang!
              Keajaiban  yang  mengejutkan  seperti  jutaan  bintang  meledak,  terang
              benderang  berwarni-warni,  tumpah  ruah,  berlimpah-limpah,  keajaiban

                                          107
              -Sang Pemimpi-                                                                                                                     ADEF
   104   105   106   107   108   109   110   111   112   113   114