Page 111 - Sang Pemimpi by Andrea Hirata (z-lib.org)
P. 111

Mustika. Hewan itu  menunduk, mengerti dirinya akan dibelai, dan tahu
              kalau  kami  tak  dapat  menggapai  kepalanya  yang  hampir  setinggi  tiang
              volley. Kami terharu melihat Jimbron menyentuk lembut surai Pangeran.
              Diusapnya  seluruh  tubuh kuda itu dengan  takjub, dan dibelai- belainya
              wajah kuda putih itu. Sang Pangeran menyungging senyum lebut penuh
              persahabatan..
                  Arai mengendarai Pangeran  menyusuri tepian  pantai, Laut pasang
              malam  dan  surut  pagi.  kuda  putih  itu  berlari  kecil  meningkahi  riak
              gelombang  sepanjang  pesisir  yang  landai  beratus-ratus  meter.  Dalam
              balutan  halimun  di  atas  permukaan  laut  yang  diam,  Pangeran  seakan
              makhluk  ajaib  yang  baru  turun  dari  bulan.  Jimbron  lekat  mengikuti
              langkah Pangeran dengan memegangi ekornya, Tercepuk-cepuk berlari di
              belakang  hewan  itu  bersama  anak-anak  nelayan  yang  bersorak  girang
              melihat makhluk yang tak pernah mereka lihat di tepi laut..
                  Pagi  merekah.  bayangan  kuda  dan  kesatria  membayang  seperti
              siluet  di  tengah  sebuah  benda  bulat  merah  jingga  yang  muncul  pelan-
              pelan  di  kaki  langit.  Inilah  pagi  terindah  yang  pernah  kusaksikan.  Pagi
              semakin  istimewa  karena  Arai  memberi  kesempatan  pada  Jimbron
              mengendarai  Pangeran. Berdebar-debar Jimbron meletakkan  kakinya di
              pijakan  sangga  wedi  untuk  menaiki  Pangeran.  Anehnya,  Pangeran
              menekuk lututnya untuk memudahkan Jimbron. Sekejap  kemudian laki-
              laki tambun itu menjelma  seolah baginda  raja di atas  tunggangan kaun
              ningrat.  Tak  canggung  sedikit  pun  Jimbron  langsung  dapat  menguasai
              kuda  putih  itu.  Mungkin  karena  dalam  khayalannya  ia  telah  berlatih
              ratusan  kali  bagaimana  menunggang  kuda.  Jimbron  tak  berhenti
              tersenyum.  Ia  bahagia  tak  terkira  mendapatkan  pengalaman  yang  telah
              belasan tahun diidamkannya. Mula-mula ia berputar-putar tapi tiba-tiba,
              tanpa  kami duga, Jimbron memacu Pangeran  keluar garis  pantai.  Kami
              panik dan tergopoh-gopoh menyusulnya..
                  “Bron!! Bron!! Mau kemana kau!! “Arai berteriak..
                  Gawat Jimbron melarikan kuda putih raksasa itu menuju pasar. Jika
              tak  dapat  mengendalikannya  dengan  baik,  hewan  itu  pasti  akan
              mengobrak-abrik  pasar.  Pangeran  berlari  kencang  menembus  kawasan
              pedagang  sayur  yang  menggelegar  dagangan  di  emperan  toko.  Para
              pedagang yang terkejut mendadak sontak semburat tak keruan. Namun,
              mereka  senang  bukan  main  melihat  Pangeran  Mustika  Raja  Brana.
              Mereka  mengikuti  aku  dan  Arai  yang  pontang-panting  ketakutan
              mengejar Jimbron..
                  Jimbrontak  mengurangi kecepatan.  Ia menerobos keramaian pasar
              pagi. Surai Pangeran berkibar-kibar berkilauan ketika ia melesat melintasi
              tikungan di muka stanplat yang ramai. Para pembeli dan pedagang ikan

                                          109
              -Sang Pemimpi-                                                                                                                     ADEF
   106   107   108   109   110   111   112   113   114   115   116