Page 124 - Sang Pemimpi by Andrea Hirata (z-lib.org)
P. 124

seikat bunga. Kami mengendap-endap di kebut jagung dan tiba di sebuah
              rumah  Victoria  yang  besar.  Hujan  sore  tadi  tapi  sekarang  langit  cerah,
              purnama timbul tenggelam di antara gumpalan- gumpalan awan. Lampu-
              lampu duduk di dalam rumah membiaskan sinar temaram. Suasana sepi
              dan  sendu,  sungguh  sempurna  untuk  lagu”When  I  Fall  in  Love”.  Kami
              sembunyi  di  balik  pohon  saga.  Antara  kami  dan  sebuah  jendela  yang
              sangat tinggi terdapat lapangan rumput hijau yang landai dan terpelihara
              rapi. Dari sirip-sirip jendela itu kami melihat Nurmala hilir mudik..
                  Keringat  Arai  bercucuran,  dadanya  turun  naik.  Ia  berusaha  keras
              menenangkan dirinya..
                  “Arai... tabahkan hatimu, inilah saatnya!! ”.
                  Arai  melangkah.  Di  tengah  lapangan,  antara  aku  dan  kamar
              Nurmala,  ia  berhenti,  menyampirkan  ban  gitar  di  pundaknya  dan  siap
              beraksi.  Ia  memberi  isyarat  padaku  dan  Jimbron,  artinya  kami  harus
              melempar jendela dengan kerikil. Teknik ini sudah dicontoh puluhan kali
              dalam film di TVRI dan Arai pun memulai lagunya..
                  “Hhhmmmmmm... hmmmmmm... hmmmmm... .
                  “Nurmala yang tengah hilir mudik terhenti langkahnya dan menoleh
              ke  jendela.  Arai  mengeraskan  suaranya.  Sayangnya,  mungkin  karena
              gugup  ia  bernyanyi  seperti  minggu  ketiga  latihan.  Suaranya  ke  timur,
              gitarnya ke barat, dan temponya ke selatan..
                  Nurmala mengintip dari celah sirip jendela. Lolongan Arai semakin
              keras  seperti  jeritan  kumbang.  Dan  tiba-tiba  Nurmala  berbalik,
              meninggalkan  jendela.  Tak  lama kemudian dari dalam rumah kudengar
              samar-samar  suara  orkestra.  Puluhan  biola  dan  cello  mengalunkan
              sebuah  intro  dengan  halus  dan  harmonis,  lalu  masuklah  vokal  yang
              megah menggetarkan..
                  When I fall in love It will be forever....
                  In the restless day like this,.
                  Love is  ended  before it’s  begun…  When  I give my  heart It will  be
              completely  Rupanya  Nurmala  memuat  piringan  hitam  nat  King  Cole,
              vokalis jazz terbaik sepanjang masa, yang membawakan lagu”When I Fall
              in Love”dengan keindaan yang tak ada bandingannya..
                  Arai panic tapi tetap melolong, sekarang suaranya bergulung-gulung,
              Tempo,  bunyi  gitar,  dan  suaranya  semburat  tak  tentu  arah,  sumbang
              bergelimpangan.  Semakin  keras  ia  melolong,  semakin  tinggi  Nurmala
              menaikkan  volume  gramophone-nya.  Aku  terpana.  Ini  adalah
              pembunuhan  karakter  paling  sadis  yang  pernah  kusaksikan.  Aku  dan
              Jimbron  tertawa  geli  sekaligus  tak  sampai  hati  melihat  Arai  yang  tak
              berhenti bernyanyi..
                  Ia  semakin  demam  panggung  tapi  sedikit  pun  tak  mau  mundur

                                          122
              -Sang Pemimpi-                                                                                                                     ADEF
   119   120   121   122   123   124   125   126   127   128   129