Page 119 - Sang Pemimpi by Andrea Hirata (z-lib.org)
P. 119

ini sudah jadi mesin musik... hi... hi... !! ”.
                  Sekarang  aku  mengerti  mengapa  pemain  musik,  terutama  pemain
              bas,  sering  kelihatan  melamun.  Rupanya  ia  muak  membawakan  lagu
              yang  sama ratusan kali, ia muak  harus selalu tersenyum  pada penonton
              yang egois, ia terjerat menjadi robot irama..
                  “Yang  namanya  lagu  ’Darah  Muda’Rhoma  Irama  mungkin  sudah
              dua  ratus  kali  Abang  bawakan.  Penonton  mendesak  terus,  sementara
              Abang sudah mati rasa dengan nada-nada lagu itu... hi... hi... hi.
                  “Mendengar  nama  Kak  Rhoma  Irama  disebut,  telingaku  berdiri.
              Ingin aku melakukan request pada Bang Zaitun untuk membawakan lagu
              itu.  Tapi  aku  tak  ingin  menambah  beban  hidupnya.  Aku  takjub  karena
              Bang  Zaitun  mampu  menertawakan  kepedihannya  sekaligus  demikian
              bahagia gara-gara dua bilah gigi palsu. Sungguh beruntung manusia yang
              dapat mengail kesenangan dari hal-hal kecil yang sederhana..
                  “Hi... hi... seharusnya orang tidak mempelakukan dan diperlakukan
              musik seperti itu ya, Boi... Tapi apa boleh buat... begitulah tuntutan periuk
              belanga. Maka jangan kausangka jadi musisi itu mudah. Di balik senyum
              dan tawa di panggung itu ada siksaan tertentu yang tak dilihat orang dari
              luar... hi... hi... hi..
                  “Bebal, Boi!! Orang bisa menjadi bebal jika menyanyikan lagu yang
              sama dua ratus kali!! Hi... hi... hi.
                  “Usai  menyeruput  kopi,  bubuk  hitam  lekat  di  sela-sela  gigi  emas
              putih Bang Zaitun kontras sekali. Lalu asap tembakau Warning bergelung-
              gelung  dalam  mulutnya.  Ia  adalah  prasasti  mentalitas  manusia
              antikemapanan. Duduk didepannya aku tak percaya pada mataku sendiri,
              laki-laki tak berijazah ini pernah memiliki enam puluh tujuh orang pacar!
              Sungguh  sebuah  rekor  yang  fantastis.  Ia  bahkan  pernah  berpacaran
              dengan delapan wanita dalam waktu bersamaan..
                  “Jangan coba-coba meniruku, Boi. Repot bukan main, aku pontang-
              panting seperti kucing tak sengaja menduduki Rheumason!! Hi. . hi. . hii..
                  “Kita  bisa  berada  di  satu  tempat  yang  sama  pada  beberapa
              kesempatan,  tapi  kita  tak  bisa  berada  di  beberapa  tempat  dalam  satu
              kesempatan  yang  sama.  Itu  hukum  fisika,  Boi,  karena  Tuhan
              sesungguhnya  memerintahkan  makhluknya  untuk  setia.  Paham
              maksudku?  “Uniknya  dari  setiap  mantan  pacarnya,  ia  minta  ditinggali
              kenang-kenangan,  yaitu  pernak-  pernik  yang  bergelantungan  di  ruang
              tamu  ini:  jepit  rambut,  gincu,  sisir,  bando,  slayer,  saputangan,  dan
              berpuluh benda kecil lainnya. Sang mempelam, masih dengan lolly pop di
              muluntya, bangga membelai  pernak-pernik itu seakan ingin mengatakan
              bahwa dari sekian banyak wanita yang senewen pada Bang Zaitun, dialah
              yang  beruntung meskipun  hanya sebagai orang  nomor  empat. Justru ia

                                          117
              -Sang Pemimpi-                                                                                                                     ADEF
   114   115   116   117   118   119   120   121   122   123   124