Page 123 - Sang Pemimpi by Andrea Hirata (z-lib.org)
P. 123

baik, apa lagi sambil menyanyikannya. Bang Zaitun meminjami Arai gitar
              beserta  sebuah  karton besar  yang digambarinya senar dengan  petunjuk
              terperinci yang mana saja dan dengan jari apa Arai harus memencetnya
              agar mendapatkan kunci nada yang benar..
                  Jari  Arai  melepuh  karena  tak  biasa  memencet  senar  gitar.  Dua
              minggu  pertama ia masih  belum bisa memperdengarkan satu  pun kunci
              nada  dengan  benar  tapi  tak  sedikit  pun  surut  semangatnya.  Kadang-
              kadang  Bang  Zaitun  datang  memantau  kemajuannya.  Melihatnya  main
              gitar, sang Playboy hanya tertawa hi... hi... hi... hi....
                  Dua minggu berikutnya Arai baru mencoba bernyanyi. Maka setiap
              malam  kepala  kami  pening  mendengar  suaranya  yang  kering  parau
              melolong-lolong. Lagu “When I Fall in Love”ke utara dan suara gitarnya
              ke  selatan.  Berjam-jam  ia  berlatih  sampai  ia  bercucuran  keringatnya,
              sampai  putus  senar  gitarnya,  sampai  timbul  urat-urat  lehernya.
              Berminggu- minggu diulangnya lagu yang sama berpuluh-puluh kali, dan
              tak pernah sekalipun ia mau mencoba lagu lain. Seorang kuli yang buta
              nada, yang sadar  betul dirinya  tak’kan pernah  bisa main  gitar, ternyata
              mampu mendedikasikan dirinnya sepenuh hati pada musik hanya untuk
              bisa membawakan satu lagu, satu lagu saja, semi menyampaikan  jeritan
              hatinya pada belahan hatinya. Itulah kekuatan cinta, itulah kekuatan jiwa
              seorang laki-laki bernama Arai, sungguh mengharukan..
                  Dua bulan telah berlalu, Arai tak juga menunjukkan kemajuan..
                  “Tinggal  sebulah  waktuku,  Ka;”katanya  padaku  sambil  memeluk
              gitarnya.
                  “14  September,  ulang  tahun  Nurmala,  aku  sudah  harus  bisa
              membawakan lagu itu!! ”.
                  Dan  seperti  disarankan  Bang  Zaitun,  ternyata  Arai  telah
              merencanakan suatu kejutan yang sangat manis untuk Nurmala. Ide kini
              klasik  saja  dan  sering  diterapkan  di  film-  film.  Tanggal  14  September
              malam  kami  akan  menyelinap  dekat  kamar  tidur  Nurmala  lalu  di  luar
              jendela kamarnya Arai akan melantunkan lagu “When I Fall in Love”. Oh,
              alangkah indahnya. Kami sampai tak dapat tidur memikirkan kecantikan
              rencana itu..
                  Sebaliknya, dalam tiga  puluh hari waktu tersisa Arai berlatih habis-
              habisan.  Seminggu  menjelang  tanggal  14  September,  walaupun  masih
              sumbang  minta  ampun,  akhirnya  Arai  mampu,  akhirnya  Arai  mampu
              membawakan lagu itu sampai selesai. Bukan kepalang senangnya Arai..
                  “Kali ini Nurmala pastu bertekuk lutut, Kawan!! ”.
                  Ia menyalami aku dan Jimbron erat-erat, Bang Zaitun tertawa... hi...
              hi. . hi....
                  Usai salat isya Arai sudah berdandan rapi dan ia telah menyiapkan

                                          121
              -Sang Pemimpi-                                                                                                                     ADEF
   118   119   120   121   122   123   124   125   126   127   128