Page 127 - Sang Pemimpi by Andrea Hirata (z-lib.org)
P. 127

depan seperti orang tidur salah bantal. Sakit lehernya jika menoleh..
                  Nurmala  akan  segera  meninggalkan  Belitong  untuk  menjalani
              rencana lima tahun plus dua tahun konservatifnya, dan menjelang malam
              perpisahan  sekolah  Arai  telah  menyiapkan  sebuah  rencana  lagi  untuk
              Nurmala. Aku salut pada kekuatan mental Arai. Idenya adalah kami akan
              menyerbu  melalui  kebun  jagung  itu  lagi  dan  Arai  kembali  akan
              melantunkan  sebuah  lagu  di  perkarangan  rumah  Nurmala  tapi  kali  ini
              secara lip- synch. Sebuah ide yang hebat bukan? Lagu yang kami piliha
              sangat indah tak terkira: “I Can’t Stop Loving You”. Cukuplah Arai latihan
              bergaya seperti BarryManilow dan biarlah yang mengurus suaranya Ray
              Charles..
                  Berhari-hari Arai melatih gayanya di bawah arahan Bang Zaitun..
                  “Kalau  bisa,  jika  menyanyi,  wajahmu  jangan  cengar-cengir  seperti
              unta begitu. Boi, hi... hi... . hi... hi... . , “saran Bang Zaitun Bang Zaitun
              sangat komit pada penampilan Arai kali ini sebab ia merasa bertanggung
              jawab  pada  kegagalan  Arai  yang  pertama.  Maka  Bang  Zaitun
              meminjamkan  setelan  panggungnya  yang  sangat  istimewa.  Setelan  itu
              adalah  setelan  jas  lengkap  satu  paket.  Kaus  kaki,  sepatu  putih  berhak
              tinggi,  pantaloon  yang  sangat  bagus, ikat  pinggang,  baju  kemeja  lengan
              panjang  untuk lapisan dalam, dan  jas, ditambah  sebuah slayer panjang,
              Semua  sandang  itu,  semuanya,  termasuk  ikat  pinggang  dan  slayer  itu,
              berwarna putih mengilat..
                  “Harap  kau  paham  Boi,  setelan  ini  hanya  kupakai  kalau
              membawakan  lagu  ‘Fatwa  Pujangga’  untuk  menyambut  gubernur  dari
              Palembang…”.
                  Dan tak lupa, “Hi…hi…hi…hi. .
                  “Sebagai  suatu  tambahan  yang  memikat,  Bang  Zaitun  juga
              meminjamkan sebuah topi sombrero berwarna merah. Sombrero adakah
              topi  orang  Meksiko  yang  sangat  lebar.  Tidak  matching  sesungguhnya
              karena saat seluruh setelan itu dicoba Arai tampak seperti bendera merah
              putih. Tapi Arai senang sekali..
                  Usai magrib kembali kami menerobos ladang jagung. Aku memikul
              tape  wireless  besar  yang  kami  pinjam  dari  kantor  desa  dan  Jimbron
              menenteng  aki.  Arai  melangkah  hati-hati  karena  tak  mau  mengotori
              setelan jas putihnya..
                  Kami  mengendap  di  balik  ilalang  setinggi  lutut  yang  membatasi
              kebun  jagung  dan  halaman  rumput  perkarangan  rumah  Nurmala.  Dari
              celah-celah  sirip  jendela  kayu  tak  tampak  gerakan  apa  pun  di  dalam
              rumah.  Arai  mengambil  posisi  di  tengah  lapangan  rumput,  aku  dan
              Jimbron  menyambungkan  aki  pada  tape  wireless.  Arai  menjentikkan
              jemarinya  dan  aku  memencet  tombol  play.  Diawali  teriakan  seraknya

                                          125
              -Sang Pemimpi-                                                                                                                     ADEF
   122   123   124   125   126   127   128   129   130   131   132