Page 130 - Sang Pemimpi by Andrea Hirata (z-lib.org)
P. 130

Kebiasaan  adalah  racun,  rutinitas  tak  lain  adalah  seorang
              pembunuh  berdarah  dingin.  Aku  memandangi  pasar  ikan  yang  pesing
              ketika  panas  dan  becek  mengambangkan  segala  jenis  limbah  ketika
              hujan,  bioskop bobrok  sarang  berbagai  jenis kutu dan  hewan  pengerat,
              kamar  sempit  kontrakan  kami  yang  nyamuknya  sudah  kebal  pada
              berbagai jenis racun serangga dari yang di bakar, disemprot, atau dilistrik.
              Berada  di  dalamnya  hanya  tertahankan  dengan  cepat-cepat  menutup
              mata, memasuki frekuensi dengan cepat-cepat menutup mata, memasuki
              frekuensi mimpi, tidur sambil mendengkur. Tapi masya Allah, aku gamang
              ketika akan meninggalkan semuakekumuhan itu..
                  “Merantau, kita harus merantau, berapa pun tabungan kita, sampai
              di Jawa urusan belakangan, “Arai yakin sekali dengan rencana ini..
                  Kami ingin mengunjungi Pulau Jawa yang gemah ripah lohjinawi itu
              dan  berspekulasi dengan  nasib  kami. Untuk  sementara  keinginan kuliah
              volumenya dikecilkan dulu. Dan tanpa keluarga serta sahabat yang dituju
              di  Jawa  kami  memperkirakan  uang  tabungan  kami  hanya  cukup  untuk
              hidup  enam  bulan.  Jika  selama  enam  bulan  itu  kami  tak  mendapatkan
              pekerjaan,  maka  nasib  akan  kami  serahkan  pada  Pencipta  Nasib  yang
              bersemayam di  langit itu. Kami akan  berangkat dari Dermaga Olivir ke
              Tanjung  Priok,  naik  kapal  BINTANG  LAUT  SELATAN.  Kapal  itu  bukan
              kapal  penumpang  melainkan  kapal  barang  dagangan  kelontong  dan
              ternak.  Kami  bisa  menumpang  karena  mualimnya  kami  kenal.  Mualim
              telah negosiasi dengan nakhoda apakah pada manifest pelayaran ternak
              dari  Karimun  singgah  di  Belitong  dan  terus  ke  Jawa,  manusia  bisa
              ditambahkan?  Hasilnya,  “untuk  sementara  kalian  dianggap  mamalia
              sehingga boleh numpang asal kalian bantu memasak, mengepel dek dan
              palka, serta membersihkan WC.
                  ““Dan  jangan  kau  sangka  gampang,  Boi.  Nanti  kapal  ini  akan
              menarik  tongkang,  tak  bisa  cepat,  apalagi  ini  musim  barat.  Kita  akan
              terapung-apung paling tidak lima hari di laut. Siap, kau? “Bukan takabur,
              bang,  tapi  kami  sudah  susah  sejak  kelopak  mata  kami  dapat  melihat
              dunia ini, bahkan sejak dalam kandungan, pekerjaan semacam itu biasa
              kami  kerjakan  di  darat.  Apa  bedanya  dikerjakan  di  atas  kapal  selama
              empat hari? Maka kami setuju..
                  “Tahu  apa  kalian  soal  Jakarta,  pernah  kesana?  Ada  yang  dituju?

                                          128
              -Sang Pemimpi-                                                                                                                     ADEF
   125   126   127   128   129   130   131   132   133   134   135