Page 125 - Sang Pemimpi by Andrea Hirata (z-lib.org)
P. 125

meski harus bersaing melawan sang legenda Nat King Cole, meski hatinya
              telah  tersungkur.  Aku  dan  Jimbron  berusaha  menahan  diri  tak  tertawa
              agar  Arai  tak  tersinggung.  Arai  terus  melolong  dengan  gagah  berani.
              Suaranya  bersahut-sahutan  dengan  Nat  King  Cole  dan  semakin  lama
              semakin tak keruan. Akhirnya, aku dan Jimbron tak dapat menahan diri
              karena kini suara Arai berbelok ke timur laut, gitarnya terbirit-birit ke barat
              daya, dan temponya tersesat jauh ke tenggara. Aku tak tega melihat Arai
              yang  bercucuran  keringatnya.  Ia  sendiri  tampak  kesusahan  menahan
              tawanya. Suaranya melemah. Ia sadar Nat King Cole sama sekali bukan
              tandingannya. Kugenggam stang gitar Arai, senyap. Kusadarkan ia bahwa
              rencana  manisnya  telah  gagal total. Dawai-dawai gitar  berhenti bergetar
              dan wanita indifferent di dalam rumah  Victoria itu tak sedikit pun dapat
              didekati..
                  Arai  menunduk  lesu,  megap-megap,  kelelahan  mengendalikan
              suaranya  yang  telah  pontang-panting,  Kugandeng  ia  meninggalkan
              lapangan rumput. Kami pulang melintasi kebun jagung. Dahan-dahannya
              yang basah menyayat lengan kami, gatal dan perih. Nat King Cole masih
              kudengar sampai jauh: Merdu seakan denting harpa dari surga. Sungguh
              mengerikan hidup ini kadang-kadang..




































                                          123
              -Sang Pemimpi-                                                                                                                     ADEF
   120   121   122   123   124   125   126   127   128   129   130