Page 121 - Sang Pemimpi by Andrea Hirata (z-lib.org)
P. 121

Kami bingung..
                  “Ya, gitar, hanya gitar, itulah rahasia kecilku kalau kau mau tahu Boi,
              hi... hi. . hi.
                  “Bang  Zaitun  membelai  gitar  akustik  itu  dengan  lembut  seolah
              benda itu salah satu istrinya, istrinya yang termuda tentu saja. Gitar sering
              dianggap sebagai repsentasi wanita bertubuh indah. Apakah ini gitar sakti
              yang telah dijampi-jampi dan dilumuri pengasihan?.
                  Bang  Zaitun  membaca  prasangka  kami,  “Bukan,  Boi,  Kalau
              maksudmu magic, maka tak ada magic disini. Ini gitar biasa saja, seperti
              gitar-gitar lainnya.
                  “Bang Zaitun memeluk gitar itu dan meraih pick, lalu tanpa banyak
              cincong  mulailah  memetik  dawai  dengan  penuh  perasaan  sambil
              bergumam, “... . Hmmm... hhmmm... hhmmm... hhmmmmmmmm... .
                  “Beliau  meretas  intro  dengan  lebut  menawan  dan  mulai  bersyair.
              Kami terlena..
                  Pada  bar  pertama  aku  langsung  tahu  lagu  itu,  lagu  Melayu”Di
              Ambang Sore”, ciptaan Ismail Marzuki..
                  Dalam renungan ku sorang Di ambang sore  nan lalu Tiada bisikan
              tenang Tamasya indahku bisu....
                  Dan  mulai  bar  kedua  aku  sudah  tak  melihat  lagi  laki-laki  norak
              bergigi palsu emas putih itu, sebab ia telah menjelma menjadi sosok lain,
              sesosok  keindahan  bernilai seni tinggi.  Suara Bang  Zaitun,  lagu syahdu
              semenanjung, dan  nada-nada  yang  terpantul dalam lekukan  ruang kayu
              balsa perut gitar itu menjadi satu paket yang memikat. Bang Zaitun hadir
              di depan kami seumpama reinkarnasi Frank Sinatra..
                  Pada  setiap  tarikan  melodi  yang  menguik  Bang  Zaitun  menaikkan
              sebelah aslinya sembari mengumbar senyum termanis yang ia miliki dan
              saat  itu  pula  hati  perempuan  yang  memandangnya  patah  berkeping-
              keping.  Perempuan  yang  belum  khatam  Qur’an  dan  kurang  mantap
              imannya dipastikan rela menyerahkan  kewarasannya  pada dawai-dawai
              gitar yang dipelintir. Tak perlu banyak waktu untuk memahami pendapat
              bang  Zaitun  bahwa  gitar  adalah  rahasia  daya  tariknya.  Kami  bertepuk
              tangan usai Bang Zaitun bernyanyi. Ia kembali membelai-belai gitarnya..
                  “Jika  bisa  memanfaatkannya  secara  optimal,  gitar  sesungguhnya
              adalah  benda  yang  besar pengaruhnya dalam kesuksesan romansa, hi...
              hi... hi..
                  “Terbukti  banyak  sekali  wanita  cantik  yang  sehat  walafiat  jiwa
              raganya, rela diusir keluarganya gara-gara jatuh cinta setengah mati pada
              pemain  gitar.  Padahal  pemain  gitar  itu  masa  depannya  samar-samar,
              penampilannya lebih jelek dari jin  Afrit,  berminggu- minggu  tak  pernah
              mandi!!  Itulah  mengapa  gaib  pengasihan  yang  dikandung  sebuah  gitar,

                                          119
              -Sang Pemimpi-                                                                                                                     ADEF
   116   117   118   119   120   121   122   123   124   125   126