Page 89 - Sang Pemimpi by Andrea Hirata (z-lib.org)
P. 89

dan  membimbingnya  keluar,  Tubuhnya  masih  bergetar.  Sambil  kuelus-
              elus  punggungnya,  kubimbing  ia  berjalan  menuju  kantins  sekolah  yang
              telah  sepi.  Jimbron  tersedu  sedan  tanpa  air  mata.  Dadaku  sesak
              dibuatnya.  Kupesankan  teh  manis  kesenangannya  dengan  cangkir
              terbesar yang ada. Jimbron masih shock. Ia benar-benar terpuku..
                  “Maafkan aku, Bron... , “kataku lembut.
                  “Tapi memang sudah saatnya kau berhenti memikirkan kuda... .
                  “Jimbron memalingkan wajahnya, jauh memandang padang rumput
              sekolah.  Ia  seperti  berkontemplasi,  merenungkan  ketidaknormalannya
              selama ini..
                  “Lihatlah,  apa  yang  kita  dapat  dari  pembicaraan  tentang  kuda?
              Pertengkaran  yang  buruk  inilah  yang  kita  dapat,  Kawanku.  .  ,
              “kuusahakan  gaya  bicaraku sebijaksana mungkin, seperti penyuluh KUA
              menasihati orang yang ingin talak tiga..
                  “Hanya  mudharat,  Sahabatku...  ,  “dan  menyebut  sahabatku  itu,
              kubuat nadaku selembut sutra dari Kashmir. Jimbron menunduk. Tampak
              berpkir keras mempertimbangkan sesuatu. Tampak pula gurat penyesalan
              dalam dirinya..
                  “Kisah  kuda  ini  sudah  keterlaluan,  Kawan...  .  Tidakkah  kau  ingat.
              sejak  kita  SD diajar mengaji oleh Taikong Hamim,  sejak itu tak ada hal
              lain  yang kaupedulikan selain  kuda?  Sekarang  kita sudah  tidak SD lagi,
              Bron.  Sebentar  lagi  kita  dewasa.  Kau  tahu’kan  arti  menjadi  dewasa,
              Bron?  Akil  baligh  menurut  ketentuan  agama?  “Jimbron  mengangguk
              halus. Kulihat upaya keras dalam dirinya untuk memahami kesalahan dan
              penyakitnya.  Melihat  reaksinya  yang  seperti  ingin  sekali  sembuh  dari
              penyakit obsesi kuda, aku semakin bersemangat menasehatinya..
                  “Akil Baligh, artinya semua perbuatan kita telah di hisab oleh Allah,
              Bron.  Dan  Kawanku,  Allah  tidak  suka  sesuatu  yang  berlebihan.  Ingat,
              Kawanku,  ketidaksenangan  Allah  akan  hal  itu  difirmankan  dalam  Al-
              Qur’an  Nul-Karim.  Bukankah  kau  sependapat  kalau  persoalan  kuda  ini
              sudah  berlebih-lebihan,  Kawanku?  “Ah,  hebat  sekalo  wejanganku.  Tak
              sia-sia  ulangan  Fikihku  dapat  nilai  tujuh!    Jimbron  terenyuh.  Dadanya
              naik  turun  menahankan  rasa.  Wajahnya  yang  polos  dilanda  keharuan
              yang dalam pada  nasihatku. Ia  berkali-kali menarik napas panjang. Dan
              yang  paling  menyenangkanku,  wajahnya  berangsur  cerah.  Ia  seperti
              orang  yang  baru  sadar  dari  sebuah  mimpi  yang  gelap  gulita.  Matanya
              mulai bersinar. Aku makin menjadi-jadi karena aku melihat  peluang  kali
              ini akan mampu membuat perubahan pada Jimbron..
                  “Sahabatku, banyak hal lain yang lebih positif di dunia ini. Banyak
              hal  lain  yang  amat  menarik  untuk  dibicarakan,  misalnya  tentang...
              mengapa kita, orang Melatu,  yang  hidup di atas  tanah timah  kaya raya

                                          87
              -Sang Pemimpi-                                                                                                                     ADEF
   84   85   86   87   88   89   90   91   92   93   94