Page 92 - Sang Pemimpi by Andrea Hirata (z-lib.org)
P. 92

Aku selalu berlari. Aku menyukai berlari. Para kuli ngambat adalah pelari.
              Ikan  hiu  dan  pari  yang  panjangnya  sering  sampai  dua  meter  akan
              mengayun bamboo pikulan seperti goyangan penyanyi dangdut dan daya
              tending  ayunannya  hanya  bisa  distabilkan  dengan  memikul  ikan-ikan
              panjang  itu  sambil  berlari.  Tak  susah  bagiku  untuk  terpilih  jadi  sprinter
              SMA Negeri Bukan Main..
                  Aku  berlari  berangkat  sekolah.  Amboi,  aku  senang  sekali  berlari
              menerobos  hujan,  seperti  selendang  menembus  tirai  air  berlapis-lapis.
              Aku  tak  pernah  kelelahan  berlari.  Tubuhku  ringan,  kecil,  dan  ramping,
              dengan rambut ikal  panjang dan  kancing  baju  yang sering  tak lengkap,
              jika  berlari  aku  merasa  seperti  orang  Indian,  aku  merasa  menjadi
              layangan  kertas  kajang  berwarna-warni,  aku  merasa  seumpama  benda
              seni yang meluncur deras menerabas angina..
                  Aku selalu berlari pulang sekolah tapi siang ini, di depan restoran mi
              rebus,  langkahku  terhenti.  Aku  terkejut  melihat  tiga  orang  di  dalam
              restoran:  aku  sendiri,  Arai,  dan  Jimbron  tengah  membereskan  puluhan
              piring kotor yang berserakan di atas meja. Aku berlari lagi, memandangi
              tiga orang yang kukenal itu sampai jauh..
                  Aku kembali terhenti melihat tiga mobil omprengan reyot di depan
              kantor syahbandar. Tiga orang kernetnya-Arai, Jimbron, dan aku sendiri-
              termangu-mangu  menunggu  penumpang  ke  Tanjong  Pandan.  Aku
              ketakutan  menyaksikan  orang  lain  telah  menjelma  menjadi  diriku.  AKu
              kabur  pontang-panting,  Sampai  di  los  kontrakan  aku  kehabisan  napas.
              Dan  nun  disana,  di  Semenanjung  Ayah,  aku  merinding  melihat  Arai,
              Jimbron, dan aku sendiri berpakaian compang-camping, memikul karung
              buah kweni..
                  Berhari-hari  aku  memikirkan  kejadian  aneh  itu.  Dan  siang  ini  aku
              menemukan  jawabannya.  Karena  siang  ini  aku  berhasil  membongkar
              suatu  rahasia.  Sekarang  aku  mengerti  mengapa  hokum  membolehkan
              orang  berusia  delapan  belas  tahun  ke  atas  menimbuni  dirinya  dengan
              berupa-rupa keborokan, sebab pada usia itu manusia sudah bisa bersikap
              realistis.  Itulah  rahasia  yang  kutemukan.  Ajaib,  bagaimana  manusia
              meningkat dari satu situasi moral ke situasi moral lainnya. Hari ini sayap-
              sayap kecil tumbuh di badan ulat kepompong, aku bermetamorfosis dari
              remaja  ke  dewasa.  Aku  dipaksa  oleh  kekuatan  alam  untuk  melompato

                                          90
              -Sang Pemimpi-                                                                                                                     ADEF
   87   88   89   90   91   92   93   94   95   96   97