Page 11 - Dalam Bingkai Kesabaran
P. 11
bilang, “Kamu saja yang latihan sungguh-sungguh. Aku tidak
usah kau pikirkan.”
Saat perlombaan tiba. Kami berangkat ke sekolah lain
yang menjadi tempat penyelenggara. Kulihat kakakku biasa
saja, padahal aku merasa deg-degan. Aku sudah latihan
berulang-ulang. Bu Zubaida bilang sudah bagus. Aku takut
nanti pas pelaksanaan tiba-tiba aku lupa. Ah, semoga saja
tidak. Aku takut jika hal itu terjadi. Selain akan membuatku
malu, aku juga akan mempermalukan bu Zubaida yang sudah
memberiku kepercayaan.
Alhamdulillah, aku bisa menyelesaikan tugasku di depan
para juri. Aku merasa sudah maksimal. Aku menghafal surat
At-tin dan terjemahannya dengan baik, walaupun cara
membacaku tidak seindah bacaan peserta yang maju
sebelumku. Aku ingat kata kakakku, menag-kalah sudah
diatur oleh Allah. Semoga Allah memberiku yang terbaik.
Aku tinggal menunggu giliran kakakku. Aku berdebar-
debar ketika kakakku maju. Tapi wajah kakakku terlihat biasa
saja...sama sekali tidak gugup. Setelah mengucap salam
kakakku membaca ta’awud. Betapa kagetnya aku...karena
kakakku mengucapkannya keliru. Dia mengucap,
”A’udzubillaahi nimas syaithonir rojiim..”harusnya kan
“A’udzubillaahi minasy syaithoonir rojiim....”
Anehnya, tidak ada yang tertawa waktu itu. Kulihat ada
beberapa bapak ibu guru yang menyaksikan hanya
tersenyum. Salah seorang juri menyuruh untuk mengulangi.
Yang kedua kalinya kakakku mengucap kalimat yang salah.
Kali ini dia tampak mulai gugup. Kemudian dia diam sejenak
dan memulai lagi. Alhamdulillah...yang ketiga kali ini kakakku
Dalam Bingkai Kesabaran | 5