Page 14 - Dalam Bingkai Kesabaran
P. 14
Hanya aku yang bukan anak masjid. Aku murid privatnya bude
Muhtarom. Privat tapi gratis.
***
Menjelang ujian SD, bude menikah. Ada seorang duda
kaya yang membutuhkan seorang pendamping. Sejak bude
menikah aku belajar mengaji sendiri karena bude pindah ke
rumah suaminya. Pesan bude yang selalu kuingat, aku tidak
boleh melewatkan waktu untuk membaca Alquran. Aku
diberi sebuah Alquran sebagai kenang-kenangan dari bude.
Satu lagi pesannya yang selalu diulang-ulang. “Belajar ilmu
agama itu lebih penting. Pahalanya sampai ke akhirat.”
Sepeninggal bude, aku fokus ke pelajaran. Ujian SD sudah
dekat. Ini adalah ujian pertama bagiku. Aku ingin meraih nilai
yang tinggi agar dapat bersekolah di SMP Negeri. Bersekolah
swasta butuh biaya yang mahal.
Ketika pengumuman tiba, hatiku amat gembira. Target
untuk meraih nilai tertinggi terpenuhi. Aku memperoleh
rangking dua. Nilaiku terpaut sedikit dengan teman yang
meraih rangking satu.
Masuk pendaftaran ke SMP, aku menjadi bimbang.
Seorang sahabatku mengajakku masuk ke sekolah favorit di
kotaku. Aku merasa ragu karena itu sekolah untuk anak-anak
pintar juga anak-anak dari keluarga yang mampu. Aku ingin
masuk ke SMP dimana kakakku belajar. Aku tidak ingin
seperti kakakku yang nomor 2. Ia terpaksa masuk ke sekolah
swasta karena gagal diterima di SMP Negeri. Tapi sahabatku
terus membujukku “Nanti kita biar tetap berangkat sekolah
bareng,” katanya kepadaku.
8 | Harini