Page 17 - Dalam Bingkai Kesabaran
P. 17

bantu melipatnya. Ibu tidak segera menjawab, jadi aku
             mengulangi pertanyaanku.
                 “Ibu  keberatan nggak kalau aku bersekolah di  sekolah
             mbak Kus?” Mbak Kus  adalah tetanggaku yang sudah lulus
             dari SMP Swasta dekat rumah.
                 “Ibu akan keberatan kalau kamu tidak sekolah.
             Dimanapun  kamu bersekolah, yang penting  kamu sungguh-
             sungguh. Kamu akan menjadi anak yang pintar dan berhasil
             nantinya.” Jawab ibu.
                 “Ini sudah  gelombang  dua, bayarnya pasti mahal?” aku
             mencoba menatap wajah ibu lekat-lekat. Aku ingin tahu apa
             reaksi ibuku. Jawaban ibu membuatku lega .
                 Selain kepadaku, ternyata bude Muhtarom juga berpesan
             kepada ibuku agar aku diingatkan untuk membaca Alquran.
             Bude tidak ingin ilmu yang sudah diberikan kepadaku hilang
             begitu saja. Bahkan kata ibuku,  bude berpesan agar aku  di
             sekolahkan saja di sekolah yang bernuansa agama. Aku jadi

             bertanya-tanya, jangan-jangan ini bagian dari doa  bude
             Muhtarom, makanya aku tidak diterima di sekolah negeri.
                 Sekolah swasta dimana aku belajar ini  adalah sekolah
             yang banyak memberi ajaran agama. Di sana aku tidak hanya
             belajar ilmu umum, tapi ilmu agamanya ada pelajaran tauhid,
             hadist, fiqih, Alquran, tarikh  dan  bahasa arab.  Berarti inilah
             hikmah yang kuperoleh dari kegagalanku masuk di sekolah
             yang semula sangat ku inginkan.
                 “Bisa  jadi  kamu membenci sesuatu, padahal itu baik
             bagimu. Dan bisa jadi  kamu menyukai sesuatu padahal itu
             buruk bagimu. Dan Allah Maha Tahu apa-apa yang tidak kamu
             ketahui.” (QS;2:216)



                                              Dalam Bingkai Kesabaran | 11
   12   13   14   15   16   17   18   19   20   21   22