Page 13 - Dalam Bingkai Kesabaran
P. 13

Ilmu Agama Lebih Utama




             S
                   ejak menang lomba pada peringatan maulud nabi, aku
                   tidak  pernah ikut  kakek dan nenek ke  gereja. Kakek
                   dan nenek  bisa mengerti. Bu  Zubaida orang  pertama
             yang mengajarkanku tentang toleransi dalam agama Islam.
                 Hari-hari menjelang lomba, aku sering menghapal surat
             dengan suara keras. Ternyata suaraku terdengar oleh
             tetanggaku. Namanya ibu Muhtarom. Beliau adalah seorang
             janda yang  bekerja sebagai  guru mengaji. Kedua  anaknya,
             putra  dan  putri sudah berkeluarga. Anaknya yang laki-laki
             menjadi polisi. Anaknya yang perempuan juga menikah
             dengan seorang polisi. Bu Muhtarom tinggal sendiri. Bu
             Muhtarom sudah seperti kakak dan adik dengan ibuku. Itulah
             sebabnya aku memanggilnya Bude.
                 Suatu kali bude mengajakku belajar membaca  Alquran.
             Aku masih mikir-mikir. Esoknya aku sudah dipanggil bude ke
             rumah dan disodori sebuah buku kecil. Namanya juz’amma.
             Bude bilang kalau setiap hari sesudah ashar aku harus ke
             rumahnya untuk belajar membaca  Alquran. Aku tidak bisa
             menolak, karena konon kabarnya bude ini terkenal galak.
                 Entah karena takut atau karena pandainya  bude dalam
             mengajar, aku bisa  cepat  belajar. Setengah tahun aku
             berhasil menyelesaikan juz amma.  Bude mengajakku acara
             khataman  di masjid.  Ternyata banyak anak yang ikut
             khataman.  Mereka adalah murid-murid ngaji  di masjid itu.





                                               Dalam Bingkai Kesabaran | 7
   8   9   10   11   12   13   14   15   16   17   18