Page 40 - Dalam Bingkai Kesabaran
P. 40

“Ya  wes, sambil nunggu ibumu  selesai. Kamu  keriki
             bapak.” Akhirnya  bapak mau ku  kerik.  Badannya sedikit
             panas. Aku  agak  kuatir. Bapak memang  pekerja keras. Tapi
             selama ini  beliau jarang mengeluh sakit. Sepertinya ada
             sesuatu yang  dipikirkan bapak.  Mungkin masih seputar
             pekerjaan.
                 Pertanyaanku terjawab dari  cerita kakakku yang
             pertama. Bapak kalau malam bekerja sebagai penjaga malam
             di  peternakan. Kadang bapak ikut mengangkut makanan
             ayam. Makanya bapak sering mengeluh sakit punggung. Usia
             bapak waktu itu 52 tahun. Sudah setengah abad lebih sedikit.
                 “Bapak tidak mau disuruh berhenti kerja.”  Kata mbak
             Tati.” Maksud saya, kalau tidak ada bis yang rusak, mending
             bapak di rumah saja. Nanti kalau pas tenaganya dibutuhkan
             sebagai montir kan Koh Sehati akan menghubungi  bapak.”
             Lanjut mbak Tati menambahkan. Aku tidak menyahut apa-
             apa. Mungkin bapak tidak mau menganggur.  Bapak mesti

             merasa tidak enak dengan tetangga.
                 “Mbak yang harus meyakinkan bapak. Mbak kan sudah
             punya gaji. Bilang  bapak, gaji  mbak cukup tidak untuk
             menghidupi    kami.    Bapak    juga   tidak   menganggur
             sepenuhnya.” Kataku pada mbak Tati. Aku juga tidak tahu
             berapa besar gaji kakakku.
                 Semenjak  percakapan itu, bapak  mau berhenti dari
             pekerjaannya sebagai penjaga malam. Agaknya mbak Tati
             berhasil meyakinkan  bapak. Bapak pun tidak sering
             mengeluh sakit lagi.” Semoga bapak diberi umur panjang.”





             34 | Harini
   35   36   37   38   39   40   41   42   43   44   45