Page 42 - Dalam Bingkai Kesabaran
P. 42
coba-coba, jadi aku tidak begitu berharap kalau tulisan itu
akan dimuat.
Sebulan dua bulan berlalu. Ketika istirahat di sekolah aku
sedang ngobrol bersama Ismi, teman sebangkuku. Salah
seorang teman memberitahuku.
“Rin, kamu dicari kakakmu.” Kupikir yang mencari
adalah kakak yang ada di kelas 3. Aku heran ketika yang
kutemui kakakku laki-laki yang sudah jadi mahasiswa. “Ada
apa,mas?” Tanyaku heran. Aku berharap tidak ada kabar
buruk dari rumah yang akan disampaikan. Kakakku
tersenyum sambil menyodorkan sebuah kertas warna hijau
keabu-abuan.
“Nih, kamu dapat wesel”
“Dari siapa?”
“Dari Nova. Kamu ngirim tulisan ya?”
Owh...aku bahkan sudah hampir lupa. Tentu saja aku
kegirangan. Tapi aku mencoba bersikap biasa saja. Aku tidak
ingin yang lain tahu. Karena itu tulisan pertamaku. Tulisan
coba-coba. Aku tidak ingin Ismi tahu. Ismi sudah menjadi
cerpenist waktu itu.
“Lha kenapa dibawa ke sini, Mas? Aku kan masih di
sekolah? Tanyaku kepada kakakku.
“Pinjam kartu pelajarmu terus nanti weselnya dimintakan
stempel pak Lurah. Uangnya bisa saya ambilkan. Aku nanti
lewat kantor Pos”.
Aku menyerahkan kartu pelajar kepada kakakkku.
”Berapa rupiah nanti dapatnya?” Aku jadi ingin tahu.
“Duapuluh Lima Ribu Rupiah.”
36 | Harini