Page 96 - Dalam Bingkai Kesabaran
P. 96

dan fisiknya pun mulai lemah.  Bapak sering jatuh kalau
             berjalan. Akhirnya bapak hanya tidur dan duduk di kamarnya.
             Bapak semakin kurus. Kami menduga benjolan di kaki bapak
             sudah mulai menggeroti tubuh bapak.
                 Suatu kali  bapak  tidak mau makan. Beliau  dibawa ke
             rumah sakit. Bapak tidak banyak bicara. Di rumah sakit bapak
             diinfus. Setelah seminggu,  dokter mengijinkan pulang.
             Bergiliran kami menunggui  bapak. Bergantian pula  kami
             mengganti pampers, memandikan dan menyuapi bapak.
                 Ada rasa tidak tega saat aku menyuapi bapak. Kondisi
             bapak semakin lemah, kadang untuk menelan kelihatan
             susah. Aku  pernah berpikir, mungkinkah aku  akan tega  jika
             menunggui  bapak  di saat sakaratul maut? Aku ingin agar
             mbak Tati, kakakku yang tertualah yang menungguinya. Aku
             tidak  bisa membayangkan. Antara rasa takut, sedih dan
             khawatir dengan kondisi bapak.
                 ***

                 Suatu sore terdengar bunyi suara nada sms di hpku.
             Kutengok isi pesan dari mbak Tati. “Ni, tukar jadwal ya. Hari
             ini kamu nunggu bapak. Aku ganti besuk pagi.”  SMS mbak
             Tatik kujawab singkat dengan tulisan “Ya.”
                 Mulailah aku bersiap-siap. Hari ini  hari Sabtu.  Giliranku
             adalah hari  Ahad. Tugasku menjaga bapak  ku  ambil di hari
             Sabtu agar  esoknya aku tidak buru-buru pulang. Waktu itu
             pukul setengah tiga. Setelah semua beres, aku meluncur ke
             rumah orangtuaku.
                 Sampai di rumah orangtuaku, mbak Tati sudah pergi.
             “Mbakyumu sedang ada urusan. Tadi sudah  membersihkan
             dan mengganti baju bapakmu.”  Kata Ibu. Aku masuk ke



             90 | Harini
   91   92   93   94   95   96   97   98   99   100   101