Page 62 - MENJADI GURU SEJAHTERA TANPA UTANG-
P. 62
datang‐datang. Aku berbaik sangka saja, mungkin dia masih
sibuk. Dulu belum banyak orang yang mempunyai HP. HP
adalah barang yang masih sangat mahal. Untuk membeli
nomornya saja memerlukan uang satu jutaan lebih. Aku tetap
bersabar menunggu sambil bercanda dengan istrinya sang
penjaga sekolah.
Sampai akhirnya telepon sekolah berdering. Pak penjaga
memanggilku, “Bu ada telepon dari suami.” Aku bergegas
menerimanya. Dari balik telepon terdengar salam dari dia.
Setelah aku menjawab salam dia bilang, “Mi, sepedanya di
tempat parkir tidak ada, mungkin ada yang meminjam.”
Terus aku bertanya,”Siapa yang meminjam?”
”Entahlah wong tidak izin aku, ini malah helmnya ditaruh
di tanah.”
Bagai mendengar suara petir rasanya, karena aku
langsung sadar kalau sepeda itu dicuri orang. Aku balik
bertanya ke suami, “Bi, berarti sepedanya di curi orang ya?”
Dia hanya menjawab singkat,”Mungkin iya.”
“Terus bagaimana enaknya, Bi?”
“Pulang naik taksi saja. Gak usah sedih atau rasa gimana,
kasihan anak‐anak. Baik anak yang di rumah maupun anak
yang di kandungan.”
Suamiku bilang dia akan melapor ke kepolisian.
Sampai di rumah aku tidak bercerita apa‐apa sama anak‐
anak. Semua berjalan biasa saja. Sampai akhirnya suamiku
pulang diantar temannya. Anak‐anak barulah bertanya, “Kok
Bapak pulang diantar teman, sepedanya kenapa?” Barulah
aku berterus terang sepedanya dicuri orang. Suamiku pulang
hampir tengah malam. Setelah mandi dan ganti baju dia mulai
54 | Danarti