Page 67 - MENJADI GURU SEJAHTERA TANPA UTANG-
P. 67
Jam 02.00 pagi perutku sudah mulai kontraksi,
suamikupun membangunkan bu bidan. Hanya ditemani suami
dan bu bidan lah aku akhirnya melahirkan dengan selamat.
Bayiku cukup kecil, 2,9 kg. Aku bersyukur anakku laki‐laki lagi.
Setelah dimandikan suamiku melantunkan azan di telinga
anakku, terlepas dari pro dan kontra, aku meyakini bahwa
suara azan yang diperdengarkan saat lahir ke dunia adalah
lebih baik dari suara apapun.
Setelah aku mandi, suamiku bersiap‐siap pulang. Dia akan
mengabari sanak saudara akan kelahiran anak keduaku.
Sebelum pulang dia bercerita kepadaku. Dia awalnya takut
sekali melihat kepala anakku saat dia keluar, bentuknya kecil
dan sangat panjang seperti mentimun. Dia mengira anak
keduanya tidak normal. Tetapi setelah berada di luar,
ternyata bentuknya berubah menjadi bulat. Suamiku bilang
itu adalah pengalaman yang sangat mendebarkan.
Aku sudah kembali ke rumah, akikah sudah kami
tunaikan. Aku masih menghabiskan cNaniku yang masih satu
bulan lagi. Hari‐hariku terasa sangat menyenangkan. Tidak
ada keributan pagi karena aku harus berangkat pagi. Hanya si
kecil dan anak kedua yang berangkat pagi, sedangkan suami
berangkat agak siang dan anak pertama berangkat setelah
zuhur.
Sejenak aku bisa melupakan sepedaku yang hilang. Aku
belum membeli sepeda baru, tabunganku belum cukup. Aku
punya rencana kalau sudah kembali masuk nanti aku akan
naik angkuta dulu saja. Masa cNaniku lumayan lama saat itu.
Setelah masa cNaniku habis, anak‐anak memasuki libur
semesteran disambung dengan libur di bulan Ramadhan
Menjadi Guru Sejahtera Tanpa Utang (Bukan Mimpi) | 59