Page 69 - MENJADI GURU SEJAHTERA TANPA UTANG-
P. 69
Naik angkot selama hampr sebulan membuat
kehidupanku carut marut. Umurku habis di jalan. Bahkan aku
seperti merasakan stres yang berkepanjangan. Sebenarnya
suami punya rencana membeli sepeda motor lagi, tetapi uang
belum cukup. Aku masih harus bersabar. Suatu sore adikku
yang kuliah di Yogya tumben main ke rumah. Aku perhatikan
dia naik motor baru. Aku tanya kepada dia, motor siapa yang
dia pakai. Ternyata itu motor adikku. Dia bilang bapak baru
saja membelikannya. Aku tanyakan padanya beli cash atau
kredit, ternyata kredit lagi….kredit lagi. Mendengar kata
bapak kredit motor untuk adikku rasanya aku pingin marah,
tapi untuk apa? Aku tahan kesabaranku, jangan sampai aku
marah, toh marah juga tidak akan mengembalikan motor itu
ke dealer. Aku lanjut bertanya, dimana motor lamanya. Kata
dia motor itu masih berada di kos di Yogya dalam kondisi
rusak. Sambil menahan marah, aku suruh adikku membawa
motor itu pulang entah bagaimana caranya. Aku teringat
betapa dulu bapak mengangsur motor itu dengan susah
payah.
Sampai akhirnya motor yang rusak itu kembali lagi ke
rumah bapak. Aku bilang ke ibu, motor itu mau aku pakai,
sayang sekali kalau hanya di rongsokkan. Ibuku
menyetujuinya. Dibawalah motor itu ke bengkel dekat
rumah. Setelah selesai diperbaiki, aku bayar dan aku bawa
pulang lagi ke ibu. Aku menyerahkan uang tabunganku, yang
rencananya dulu untuk beli motor tapi belum cukup, kepada
ibu, setelah tentu saja aku ambil untuk biaya perbaikan
motor.
Menjadi Guru Sejahtera Tanpa Utang (Bukan Mimpi) | 61