Page 65 - MENJADI GURU SEJAHTERA TANPA UTANG-
P. 65
ternyata ibu bidannya sudah tidak menerima persalinan.
Sebenarnya hatiku ciut juga karena dengan bu bidan itu
hatiku sudah merasa ayem karena dulu sudah sering periksa.
Aku sebenarnya bingung juga, apakah masih ada bidan yang
ikhlas membentu persalinanku padahal selagi hamil aku tak
pernah periksa padanya? Sambil mencari‐cari akhirnya aku
menemukan ada tiga klinik yang menerima persalinan. Tetapi
ketiga‐tiganya belum bisa membuatku nyaman, padahal aku
baru lewat depan kliniknya. Klinik yang pertama aku kurang
sreg alias kurang nyaman karena di halaman rumah bu bidan
memelihara anjing yang besar‐besar. Klinik yang kedua, baru
lewat depannya saja sudah ada tumpukan‐tumpukan tabung
oksigen yang membuat aku sedikit takut. Sedangkan klinik
yang ketiga, baru nampak dari luar saja sudah kumuh karena
nampak banyak tumpukan sampah.
Akhirnya suamiku mengajak aku pulang, mungkin karena
dia juga sudah merasa capek dan ada saja alasanku menolak
klinik‐klinik tersebut. Sampailah suatu pagi, saat suamiku
mengajakku mengikuti pengajian Ahad pagi, bensin sepeda
butut habis. Mampirlah kami di pom bensin terdekat dengan
rumah. Saat menunggu suami mengantre nampaklah oleh
mataku papan nama Bidan Ny. Saadah berada tepat di depan
pom bensin itu. Nampak dari luar itu bukan klinik, hanya
rumah biasa yang menerima persalinan dan periksa bayi.
Rumah yang besar dengan halaman yang sangat luas dan
rindang. Saat itu juga aku melihat ada dua ibu menggendong
bayinya di sana. Setelah selesai mengisi bensin, aku mengajak
suami mampir ke bidan itu. Akupun berterus terang apakah
aku bisa bersalin di situ walau aku belum pernah periksa di
Menjadi Guru Sejahtera Tanpa Utang (Bukan Mimpi) | 57