Page 74 - MENJADI GURU SEJAHTERA TANPA UTANG-
P. 74
keluargaku yang sudah banyak terkabul, antara lain aku aku
dan suami bisa pergi haji dan juga bisa membeli mobil baru.
Mengingat tentang Mbah Sumi, membuat aku harus
terus banyak belajar. Walau dia hidup susah, tak pernah
berhenti untuk mendoakan untuk kebaikan orang lain.
Sampai suatu ketika ada kebiasaan dia yang membuatku
merasa tidak enak. Dia setiap pagi selalu menyapu jalan
samping rumahku. aku selalu bilang kepadanya, “Ndak usah
menyapu Mbah, nanti capek.” Dia selalu menjawab, “Ndak,
Nduk, aku masih kuat menyapu.”
Sampai suatu hari ada tetangga ada yang bertanya, kok
setiap hari mbah Sumi menyapu halamanku apa dia bekerja
untukku. Aku kaget mendengar pertanyaan tetanggaku itu.
Alhamdulillah, dia bertanya langsung padaku sehingga aku
bisa langsung menjelaskan kepadanya juga, kalau hanya
kasak kusuk bukankah bisa menjadi fitnah. Sekalian saja aku
bilang ke tetanggaku itu kalau itu kemauan Mbah Sumi
sendiri, aku tidak pernah menyuruhnya dan aku juga tidak
tega menolaknya. Keesokan harinya aku bilang ke Mbah
Sumi, ada tetangga yang mengira aku mempekerjakan dia,
dia jawab, “ Ora opo‐opo Nduk, aku arep golek dalan
padhang,” artinya tidak masalah mau diomongin orang, dia
hanya ingin mencari pahala sebagai penerang jalan ke akhirat
nanti.
Apapun yang dikatakan Mbah Sumi, tidak pernah k ambil
hati. Dia meminta apapun, kalau aku masih punya uang yang
longgar, aku membelikannya. Aku terkadang merasa sangat
kasihan kepadanya, di usia senjanya, dia hidup sebatang kara.
Aku selalu bilang padanya untuk ke masjid. Aelain dapat
66 | Danarti