Page 77 - MENJADI GURU SEJAHTERA TANPA UTANG-
P. 77
sudah aku beli. Tapi…seratus juta bukan jumlah yang sedikit,
dari mana aku dapat uang segitu banyak? Aku hanya bisa
pasrah. Akupun mendengar dari tetangga kalau rumah itu
sudah laku.
Akupun memutar otak bagaimana cara mencarikan
kontrakan untuk Mbah Sumi. Di sekitarku sudah jarang ada
kontrakan kosong. Aku menyuruh Mak Nanik untuk
mencarikan kontrakan di dekatnya, kali‐kali ada. Ternyata
tidak semudah yang aku bayangkan, walau ada kontrakan
kosong, ketika tahu kalau yang mau mengontrak orang yang
sudah sangat tua, pemiliknya mengurungkannya. Kalau
tinggal bersamaku, rumahku yang kecil tidak bisa
menampungnya.
Suatu sore sebelum aku mendapatkan kontrakan itu,
Mbah Sumi ke rumah. Dia bilang, yang mau membeli rumah
membatalkan janji karena rumah masih dalam sengketa. Ada
sedikit rasa gembira di hati ini. Setidaknya Mbah Sumi tidak
jadi di usir dari rumah itu. Sambil berbincang‐bincang kesana
kemari, mbah Sumi bertanya kepadaku,”Nduk, kalau kelak
aku mati gimana ya? Aku tidak punya sanak saudara, tinggal
sendirian pula.”
Aku menjawab dengan sedikit nasihat,”Mbah, hidup,
mati rejeki, dan jodoh itu rahasia Allah. Kita sama‐sama tidak
tahu kapan. Walau sudah sepuh, belum tentu yang
meninggal Mbah duluan, bisa jadi yang muda yang duluan.
Yang penting kita selalu mempersiapkan diri kalau sewaktu‐
waktu dipanggil Allah.” Dia hanya diam tidak menjawab apa‐
apa.
Menjadi Guru Sejahtera Tanpa Utang (Bukan Mimpi) | 69