Page 47 - Edelweis Bayan_Neat
P. 47
أ
انايب نذلا�و لاامج نيعَل� يرقُي يخأ� ناك
)4 :ميرم( »ابيش سأ�رل� لعَتش�و ينم مظعَل� نهو ينإ� بر لاقَ« :ملاسل� هيلع يركز ناسل ىلع ىلاعَت لاقَو .6
أ
:ةبوجلا�
ةراعتسلاا عون ةيلادلا ةنيرقلا عماج هنم راعتسم هل راعتسم راعتسم
.1
.2
.3
.4
.5
.6
2. Pembagian Isti’arah berdasarkan Lafadz Musta’arnya
Berdasarkan bentuk lafadz musta’arnya, baik isti’arah musharrahah maupun makniyyah, terb�
agi menjadi sebagai berikut:
a. Isti’arah Ashliyyah
قتشم ريغ امس� اهيف راعَتسمل� ناك ام
“Isti’arah yang lafadz musta’arnya bukan isim musytaq (jamid)”
Contoh isti’arah ashliyyah seperti perkataan penyair:
بئاحسل� ضايرل� يقُس اجحل� اهاقُس # ةقُيدح يناسل نم هيلإ� تْلمح
ُ
“Aku membawakan kepadanya sebuah taman dari lidahku, ia disirami oleh akal seperti meny�
iramnya mega terhadap taman-taman”
Kedua kata yang bergaris bawah sama-sama ashliyyah. Hanya saja berbeda pada tharaf yang
dibuang. Berikut penjelasan lengkapnya:
1). Isti’arah Musharrahah Ashliyyah
Kata ةقُيدح adalah isim jamid, bukan isim musytaq. Isti’arah yang terbuat dari isim jamid
maupun mashdar diistilahkan ashliyyah (asal atau pokok) karena keduanya dianggap sebagai dasar pe�
rubahan kata (tashrif). Pandangan ini bisa terjadi dikarenakan mengikuti madzhab Basrah sebagaimana
telah kita ketahui dalam kitab al-Kaylani.
Sedangkan yang dimaksud dengan “taman” dari sya’ir di atas ialah “sya’ir”. Untuk lebih men�
Buku Ajar Edelweis Bayan 45