Page 60 - Edelweis Bayan_Neat
P. 60

Adalah hal tidak mungkin jika lembah itu mengalir, semestinya yang mengalir itu ialah air pada
          lembah. Karena itu pada kesempatan ini yang disebutkan tempat air mengalir yakni lembah. Tapi yang
          dimaksudkan ialah air itu sendiri.

                 Demikian pertautan-pertautan (‘alaqaat ghairul musyabahah) yang ada pada majaz mursal secara
          umum. Perbedaan klasifikasi ini mesti dimaklumi karena setiap ulama memiliki pandangannya mas�
          ing-masing. Nah, pada kesempatan berikutnya, sebagai tambahan saja mari perhatikan majaz-majaz
          mursal yang ada pada bahasa Indonesia berikut:

                 Macam-macam Majaz Mursal dari Sudut Pandang Bahasa Indonesia

                 1).  Sinekdoke: majas yang menyebutkan nama bagian sebagai pengganti nama keseluruhan
                atau sebaliknya.

           Pars Pro Toto: sinekdoke yang menyebutkan bagian sebagai pengganti keseluruhan.
           “Menjadi pemerintah itu tidak mudah, mulut, kulit, hingga bangkai rakyat sekalipun harus diurus”.

                 Pada intinya ialah seluruh urusan hidup rakyat. Disebutkan sebagian atau satu per satu agar
          tergambarkan sebagian urusannya.
          Totum Pro Parte: sinekdoke yang menyebutkan keseluruhan sebagai pengganti bagian.

                                 “Otong berasal dari Madura dan kini berada di Magelang”
                 Padahal  maksudnya  suatu  tempat  yang  lebih  kecil  dari  pulau  Madura  pun  lebih  kecil  dari
          seluruh Kabupaten Magelang.
           Antonomasia: penggunaan gelar resmi atau jabatan sebagai pengganti nama diri.

                        “Kyai Sukahideng sedang pergi ke masjid untuk mengajar para santri”.
                 Maksudnya bapak pimpinan pesantren.

                 2).  Metonimia: gaya bahasa yang mempergunakan sebuah kata untuk menyatakan hal lain
                karena adanya pertalian yang sangat dekat. Pertalian tersebut bisa berupa antara penemu untuk
                hasil penemuan, pemilik untuk barang yang dimiliki, akibat untuk sebab, sebab untuk akibat, isi
                untuk menyatakan kulitnya, dsb.

                 Contoh:
                 •   Aku mengendarai Supra menuju kampus. Supra ini memang bukan Supra mobil, bahkan
                orang sering meledeknya dengan sebutan “Supra Bapak”. Ya, betul, ini memang Supra bapak.
                Karenanya penuh kenangan bapak dan ibu saat muda. Kelak akan ku tambah ia dengan kenan�
                gan antara aku dan si dia.
                 Padahal maksudnya motor Supra.

                 •   Setiap  masa  remaja  ada  bacaannya  tersendiri.  Dulu  remaja  membaca  Andrea  Hirata,
                Habiburrahman El-Shirazy. Sekarang masanya mereka membaca Tere Liye, Pidi Baiq.  Lebih
                lama lagi bacaan mereka ialah Marah Rusli, HAMKA. Semua ada masanya dan tak elok jika kita
                saling menjelekkan.



             58      Buku Ajar Edelweis Bayan
   55   56   57   58   59   60   61   62   63   64   65