Page 64 - Edelweis Bayan_Neat
P. 64

mengeluh pada dzat yang memberi dan mencabut rintangan sebagaimana pada syathr kedua.

                              b)  Idzhar as-surur

                                                                          نيحجانل� نيب يمس� بتك
                 Contoh ini juga bukan sekedar memberi kabar kalau nama si pembicara ditulis di antara orang-
          orang sukses. Tapi mengekspresikan kebahagiaan akan ditulisnya nama dia di antara mereka. Seakan
          jika dibahasakan, “hey, namaku ditulis di antara nama-nama orang sukses loh”. Imajinasi akan situasi
          diperlukan untuk memahami majaz.
                 3).  Anjuran (al-Hiss)

                                      ةعاضرل� متي نأ� د�رأ� نمل نيلماك نيلوح نهدلاوأ� نعَضري ت�دل�ول�و
                                              ّ
                 Pada contoh ini, ayat tersebut tidaklah sekedar memberikan info bahwa : “ibu-ibu itu meny�
          usui anak-anaknya selama dua tahun penuh”, begitu saja. Tapi mengandung anjuran agar informasi
          tersebut dilakukan sehingga pada terjemahnya menjadi: “ibu-ibu hendaknya menyusui, dst.” Hal ini
          dikarenakan kalam ini merupakan perkataan dari Dzat Yang Maha Tinggi (kalamullah al-‘ulya). Pun
          pada kalimat berikutnya ada peringatan ةعاضرل� متي نأ� د�رأ� نمل yang secara tidak langsung menjadi qa-

                                                      ّ
          rinah.
                 4).  Do’a

                                                           ءاقُبل� كل نطول� اهيأ� ... اندصاقُم ه ل �لا حجن
                                                                                                 ّ
                 Bagi yang sudah terbiasa mungkin tidak akan terasa bahwa pada bagian ه ل �لا حجن, terdapat
                                                                                            ّ
          majaz mursal. Karena ia terbiasa menerjemahkan fi’il madhi yang berfa’il “Allah” dengan makna do’a.
          Entah itu do’a baik atau buruk, tergantung pada kata fi’il madhi yang digunakan.

                 Namun perhatikan bahwa sebenarnya, asalnya jika diterjemahkan ialah menginformasikan:
          “Allah telah menyukseskan maksud-maksud kita.” Hal yang sama terjadi pada khabar muqaddam pada
          kalimat bergaris bawah kedua. Meski terkadang santri sudah biasa menerjemahkannya menjadi “semo�
          ga engkau kekal”, ada baiknya kita sadar bahwa jika diterjemahkan secara leterlek asalnya ialah “millik�
          mu (atau bagimu)-lah kekekalan”.

                 b.    Susunan kalam insya’i yang dimaksudkan makna khabariy
                                                                                             ّ
                                                          رانل� نم هدعَقُم أ�وبتيلف �دمعَتم يلع بذك نم
                                                                                      ّ
                 Makna dari contoh di atas bukanlah perintah untuk mempersiapkan tempat duduk dari api,
          jika berbohong atas nama nabi. Sungguh lucu, bahkan lebih lucu lagi jika amr disana dimaknai ibahah
                                                                                              a
          (mempersilahkan) dengan benar-benar dalam artian mempersilahkan. Justru maksud )د�رم(  tau mak�
          na dari hadits di atas ialah mengabarkan (khabar) bahwa hukum berbohong atas nama nabi itu haram.
                 Lebih dari itu, jika kita coba membahasakannya dengan larangan langsung seiring kali un�
          sur-unsur emotif dari ungkapan yang disampaikan menjadi berkurang bahkan hilang. Misal mengung�
          kapkannya dengan tegas : “jangan sekali-kali berbohong atas nama nabi (membuat hadis palsu)”. Akan




             62      Buku Ajar Edelweis Bayan
   59   60   61   62   63   64   65   66   67   68   69