Page 63 - Edelweis Bayan_Neat
P. 63
1. Majaz Murakkab
Contoh kedua di atas merupakan bentuk majaz mursal murakkab atau dalam diktat diistilahkan
dengan majaz murakkab saja. Sebab penamaan seperti ini dikarenakan pada hakikatnya majaz yang
sebenar-benarnya majaz, dalam arti kata lain tidak mengandung tasybih, ialah majaz mursal. Sehingga ke�
tika disebutkan majaz saja secara otomatis sebenarnya langsung mengarah pada majaz mursal. Silakan
baca kembali bagian “Rukun Pada Majaz Mursal”.
Hanya saja, tidak seperti majaz mursal biasa. Majaz mursal kali ini berada pada susunan kalam
atau kalimat yang senada dengan definisi berikut:
أ
يلصلا� هانعَم ةد�رإ� نم ةعَنام ةنيرقَ عم ةهباشمل� ريغ ةقَلاعَل هل عضو ام ريغ يف لمعَتس� بيكرت
“Susunan yang dipakai bukan pada makna asalnya karena ada ‘alaqah yang tidak saling
menyerupai dan qarinah yang mencegah dari dimaksudkan makna aslinya.
Contoh penggunaannya dalam bahasa Arab:
أ
مكتوعد املك ،نآلا� مث .نوديرمل� متنأ�و د�رمل� وه ملعَمل� وأ� سردمل� نلا .ملاكل� �ذه ملكأ� نأ� ديرأ� لا
؟ديرمل� نمو د�رمل� نمف ملعَتل� ىلإ�
Contoh berbahasa Indonesia terdahulu maupun contoh berbahasa Arab di atas sama-sama
istifham. Tapi dalam konteks tersebut bukanlah jawaban pertanyaan (ب�وجل� بلط) yang diharapkan
dari pertanyaan yang disampaikan. Lalu apa kira-kita jawaban yang ingin mereka dapatkan? Perhatikan
pertautan-pertautan (ةهباشمل� ريغ تاقَلاع) dari majaz murakkab mursal berikut:
a. Susunan kalam khabariy yang dimaksudkan makna insya’i :
1). Tahassur, Tahazzun, wa Taassuf (Prihatin, Sedih, dan Menyesal)
أ
ملاس نامزل� ىلعو ابصل� ىلعَف # مايلا� تْلوتو ابصل� بهذ
Di sini terlihat rasa prihatin penyair terhadap diri sendiri. Ia tidak sekedar mengabarkan masa
muda yang telah berlalu serta hari demi hari yang silih berganti. Pada kalimat ملاس نامزل� ىلعو ابصل� ىلعَف
justru menunjukkan penyesalan dan rasa sedih akan perpisahan dengan masa muda dan hari yang terus
menerus pergi meninggalkan.
Sebagai catatan, bahwa memang tidak sekedar satu emosi saja yang terkandung pada sya’ir ini.
Ia juga menunjukkan rasa penyesalan dan rasa sedih sekaligus. Demikian dalam Jawahirul Balaghah pun
dijelaskan.
2). Idzhar adh-dha’f wa as-Surur
a) Idzhar adh-dha’f
�راثعَل� ليقُي نم اي ينع فعاف # �رابطَص� عيطَتسأ� لا ينإ� :بر
ّ
Kalimat di atas tentu bukan sekedar memberitahu Tuhan tentang kondisi kita. Toh justru
Tuhan Maha Tahu akan segala sesuatu. Kalimat tersebut justru menunjukkan kelemahan diri serta
Buku Ajar Edelweis Bayan 61