Page 35 - IST Baru
P. 35

bersihan kakitangan atau spion Belanda, dari seluruh daerah sampai ke kota-kota.
                  Mereka  juga menetapkan siasat  operasinya dengan  membentuk  organisasi  gabun-
                  gan bernama SOPIK (Sentral Organisasi Pemberontak Indonesia Kalimantan). Markas
                  besarnya berkode tetap RX-8. Organisasi Markas Besar RX-8 ini dipimpin oleh Hassan

                  Basry sebagai komandan Batalyon, sebagai Kepala Staf H. Abrani Sulaiman.

                      Pada tahun 1948 baru datang berita dari Firmansyah dan Anang Piter bahwa ALRI
                  Divisi IV yang bermarkas di Tuban sudah bubar, sehingga para pejuang di Kalimantan
                  selatan diminta mengambil langkah yang positif. Karena itu Hassan Basry bertindak
                  segera, bahwa ALRI Divisi IV Pertahanan Kalimantan keluar dan tidak terikat lagi den-

                  gan ALRI Divisi IV yang ada di Tuban. Sejak saat itu pula ALRI di Kalimantan muncul
                  lagi dengan status Markas Besar. Dan dengan munculnya ALRI maka otomatis SOPIK
                  menghilang namanya.

                      Pimpinan Umum Hassan Basry kemudian menugaskan Gusti Aman (Gusti Abdur-
                  rahman) untuk memperbaiki susunan organisasi Markas Besar. Bersamaan dengan itu
                  di berbagai tempat di daeah Kalimantan Selatan banyak terjadi kontak senjata an-

                  tara para pejuang ALRI Divisi IV Pertahanan Kalimantan dengan militer Belanda. Ra-
                  pat dalam rangka penyusunan organisasi ALRI Divisi  IV  berlangsung di Ilung  pada
                  pertengahan Februari 1949. Pada rapat tersebut semua pimpinan hadir. Dalam rapat

                  dibicarakan soal-soal organisasi, susunan pucuk pimpinan, serta rencana atau taktik
                  perjuangan selanjutnya.

                      Dengan bekal dari berbagai pandangan hasil rapat tersebut Gt. Aman beserta
                  dengan Hasnan Basuki dan P. Arya kemudian meneruskan perjalanan ke pedalaman
                  Ambarawa (Telaga Langsat). Di sinilah program kerja disusun kembali. Susunan pe-

                  merintahan berbentuk Gubernur Tentara, yaitu pemerintahan berbentuk militer sesuai
                  dengan situasi perang. Apalagi pada saat itu sudah diketahui tentang Pemerintahan
                  Darurat di Sumatra dan rencana Pemerintahan Pelarian di New Delhi India, sehubu-
                  ngan dengan tindakan Aksi Militer II Belanda yang melakukan penawanan terhadap
                  Sukarno-Hatta dan pimpinan-pimpinan pemerintah RI.














                                                                                                                 35
   30   31   32   33   34   35   36   37   38   39   40