Page 48 - KUMPULAN_CERPEN_FLIPPING BOOK
P. 48

Bahkan ketika aku hendak pindahan, tidak ada upacara
          atau  sejenisnya.  Namaku  seperti  sudah  dihapus  dari  kartu

          keluarga.  Tidak ada duka atau air mata padahal aku ingat
          betul, dulu ketika aku hendak melawat ke Negeri Kincir Angin
          dalam rangka short course selama enam bulan, ibuku tak kuasa
          menahan air matanya. Aku sampai diantarkan ke bandara dan
          orang tuaku bahkan sengaja tidak tidur semalaman suntuk demi

          melangsungkan upacara perpisahan singkat karena pesawatku
          berangkat paling pagi. Ada berbagai macam hidangan terlezat
          tersedia  di  atas  meja  makan  waktu  itu,  termasuk  makanan

          kesukaanku, lumpia. Kini, saat aku benar-benar akan menyewa
          rumah seorang diri, mereka menganggapnya biasa-biasa saja.

                 Sebelum  aku  pergi  meninggalkan  rumah,  aku sengaja
          meletakkan kue kesukaan ibu di dalam kulkas. Aku juga

          menaruh kunci mobil di gagang pintu kamar adikku ketika dia
          terlelap tidur. Biarkan adikku membawa mobilku. Aku berencana
          menyewa apartemen yang dekat dengan kantor sehingga mobil
          bukan kebutuhan mendasar bagiku. Tak terasa, cairan bening
          merembes membasahi pipi. Bayangan rumah putih menjauh.

          Kakiku seperti tertahan oleh raksasa gunung, berat sekali
          untuk melangkah jauh dari rumah. Andre, calon suamiku yang
          menjemputku. Dia sudah tahu semua cerita dariku. Dialah satu-

          satunya orang yang mendengarkanku.

                 Barangkali maut adalah nasihat terbaik buat keluargaku.
          Malam itu, mobil yang dikemudikan Andre menabrak trotoar.




           40   Kumpulan Cerpen
   43   44   45   46   47   48   49   50   51   52   53