Page 68 - BUKU ANTOLOGI PROBLEMATIK RANAH PEMBANGUNAN SISTEM EKONOMI DAN HUKUM DI NEGARA REPUBLIK INDONESIA
P. 68

ANTOLOGI PROBLEMATIK
              RANAH  PEMBANGUNAN
              SISTEM EKONOMI DAN HUKUM
              DI NEGARA REPUBLIK INDONESIA
              DR. H. R. ACHMAD DIMYATI
              NATAKUSUMAH, S.H., M.H., M.SI

              pada struktur tata hukum di Indonesia. Hamid menggambarkan
              perbandingan antara Kelsen dan Nawiaski tersebut dalam bentuk
              piramida. Attamimi menunjukkan struktur hierarki tata hukum
              Indonesia dengan menggunakan teori Nawiasky. Berdasarkan teori
              tersebut, struktur tata hukum Indonesia adalah: 74
                    1.   Staatsfundamentalnorm: Pancasila (Pembukaan UUD
                         1945).
                    2.   Staatsgrundgesetz: Batang Tubuh UUD 1945, Tap
                         MPR, dan Konvensi Ketatanegaraan.
                    3.   Formell gesetz: Undang-Undang.
                    4.   Verordnung en Autonome Satzung: Secara hirarkis
                         mulai dari Peraturan Pemerintah hingga Keputusan
                         Bupati atau Walikota.

                    Staatsfundamentalnorm adalah norma dasar negara, yakni
              sebagai norma tertinggi, sementara Staatsgrundgesetze merupakan
              aturan-aturan dasar negara. Biasanya aturan-aturan dasar negara
              ini apabila dituangkan dalam suatu dokumen negara disebut
              dengan undang-undang dasar atau  Verfassung, dan apabila
              dituangkan dalam beberapa dokumen akan disebut sebagai aturan
              dasar atau Grundgesetze. Aturan dasar negara yaitu menentukan
              tata cara membentuk peraturan perundangan lainnya yang
              mengikat umum, sifatnya berupa aturan-aturan pokok, dan belum
              mengandung suatu sanksi, dan sifatnya masih umum. Formelle
              Gesetze atau undang-undang (formal), yang biasanya sudah
              dapat dilekatkan ketentuan memaksa, baik paksaan pelaksanaan


              74  Ibid. Tata urutan yang dipakai oleh Attamimi adalah berdasarkan Ketetapan MPRS No.
                 XX/MPRS/1966. Ketetapan tersebut diganti dengan Ketetapan MPR No. III/MPR/2000
                 tentang Sumber Hukum dan Tata Urutan Peraturan Perundang- undangan. Pada Tahun
                 2003 telah ditetapkan Undang-Undang No. 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan
                 Perundang-Undangan.



                                         60
   63   64   65   66   67   68   69   70   71   72   73