Page 23 - BUKU DUA - UPAYA MENYATUKAN KEMBALI REPUBLIK INDONESIA 1950-1960
P. 23

SEABAD RAKYAT INDONESIA
                  BERPARLEMEN



                                                   menggelar serangkaian sidang dengan satu agenda membahas
                                                   peristiwa penyerbuan dan pendudukan itu. Dari pembicaraan pada
                                                   sidang-sidang itu akhirnya bermuara pada satu kesepakatan untuk
                                                   menerbitkan resolusi. Dengan disponsori oleh Amerika Serikat, pada
                                                   24 Januari 1949 DK-PBB menerbitkan resolusi yang isinya:
                                                         •  Hentikan permusuhan
                                                         •  Bebaskan Presiden serta pemimpin-pemimpin Republik
                                                           Indonesia yang ditangkap pada 19 Desember 1949
                                                         •  Memerintahkan Komisi Tiga Negara (KTN) agar memberikan
                                                           laporan lengkap  mengenai situasi  di Indonesia  sejak 19
                                                           Desember 1948
                                                         Terbitnya resolusi DK PBB itu bukan satu yang diharapkan oleh
                                                   pihak Belanda sebagai “ganjaran” dari aksi militernya yang dikatannya
                                                   sebagai “aksi polisionil”. Apalagi yang menjadi sponsor resolusi itu
                                                   justru Amerika Serikat, negara andalannya  yang sejak akhir Perang
                                                   Dunia II menjadi pemberi dana bantuan utama (dalam skala Marshall
                                                   Plan) bagi semua operasi militernya di wilayah Republik Indonesia
                                                   yang diklaimnya sebagai Hindia Belanda. Dengan adanya desakan
                                                   itu, Perdana Menteri Drees berupaya melakukan pendekatan politis
                                                   terhadap pihak RI maupun Bijeenkomst voor Federaal Overleg (BFO).
                                                   Drees telah mengundang Prof Dr. Supomo, salah seorang anggota
                                                   delegasi RI dalam perundingan lanjutan Renville. Undangan diterima
                                                   oleh Supomo dan perundingan pun diselenggarakan, Namun hasilnya
                                                   tidak diumumkan. Perundingan yang serupa juga diselenggarakan oleh
                                                   Belanda pada 21 Januari 1949 dengan delegasi Bijeenkomst voor Federaal
                                                   Overleg (BFO). Hasil perundingan inipun tidak pernah diumumkan.
                                                   Sementara antara pihak RI dan BFO pun terjadi pendekatan politis. Pada
                                                   13 Februari 1949 Wakil Presiden Moh. Hatta secara resmi menyatakan
                                                   bahwa pihak RI bersedia berunding dengan syarat pemerintah RI
                                                   dikembalikan ke Yogyakarta dan pasukan Belanda ditarik mundur
                        ...yang menjadi            dari wilayah RI sesuai dengan resolusi PBB. Secara resmi pihak BFO

                  sponsor resolusi itu             mendukung pernyataan resmi pihak RI. 6
                                                         Bertolak dari konstelasi politik yang ada, ditambah dengan hasil
              justru Amerika Serikat,              penjajakannya, pihak Belanda memeperoleh satu kesimpulan bahwa

                  negara andalannya                pihak RI pada dasarnya bersedia melakukan perundingan. Oleh karena
                      yang sejak akhir             itu pada 26 Februari 1949 pihak Belanda mengumumkan rencananya

                      Perang Dunia II...           untuk menyelenggarakan Konferensi Meja Bundar (KMB) di Den-Haag

                                                   6   Poesponegoro, Marwati Djoened dan Nugroho Notosusanto (ed.). 2008,  Sejarah Nasional
                                                      Indonesia: Zaman Jepang dan Zaman Republik Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka, hal.262.




                                       dpr.go.id   18





         02 B BUKU 100 DPR BAB 2 CETAK.indd   18                                                                   11/19/19   10:01 AM
   18   19   20   21   22   23   24   25   26   27   28