Page 309 - BUKU DUA - UPAYA MENYATUKAN KEMBALI REPUBLIK INDONESIA 1950-1960
P. 309

SEABAD RAKYAT INDONESIA
                  BERPARLEMEN



                                                   sipil yanng memiliki banyak massa dan mendukung Sukarno. Maka,
                                                   PKI pun dipilih untuk berada di sisi lain yang terdekat denganpresiden.
                                                   Baik Angkatan Darat ataupun PKI, keduanya menunjukan kesetiaan
                                                   terhadap Presiden Sukarno. Namun, pertentangan antara keduanya
                                                   terselesaikan dan peran Sukarno sebagai penengah dua kekuatan besar
                                                   ini mutlah dibutuhkan.
                                                         Pada kurun 1959-1965, dengan dukungan Sukarno, para pemimpin
                                                   tentara memperluas dan mempertahankan kedudukan mereka dalam
                                                   sektor non-militer.  Tentara digambarkan sebagai kekuatan yang
                                                                     382
                                                   berada di tengah. Disebutkan juga bahwa pasukan militer secara terus-
                                                   menerus menghadapi perjuangan terhadap elemen-elemen ekstrem
                                                   kiri (pemberontakan Madiun 1948 dan percobaan kudeta 1965) serta
                                                   ekstrem kanan (Pemberontakan DI dan PRRI/ Permesta 1957-1961).
                                                   Pendekatan keamanan dengan mengandalkan kekuatan militer menjadi
                                                   pilihan utama dalam menuntaskan pergolakan di berbagai daerah.
                                                   Maka, kekuatan dari angkatan bersenjata tidak dapat terelakan lagi
                                                   sehingga tuntutan untuk memiliki peran dalam pemerintahan terus
                                                   bergulir.
                                                         Maka, dapat dikatakan bahwa dalam merumuskan dan
                                                   menjalankan gagasan politiknya pada masa Demokrasi Terpimpin,
                                                   Sukarno tampak mengakomodasi dua kepentingan kekuatan
                                                   pendukungnya. Ia dengan lantang menyuarakan gagasan belum
                                                   usainya revolusi, seperti yang didukung PKI, dan mengedepankan
                                                   pula pendekatan militer dalam menyelesaikan persoalan Irian Barat
                                                   dan konfrontasi dengan Malaysia.



                    Pada kurun 1959-               6.5 Perdebatan Kembali ke
                          1965, dengan             Undang-undang Dasar 1945

                  dukungan Sukarno,                      Memasuki tahun 1959, hubungan lembaga legislatif dan
                       para pemimpin               eksekutif diwarnai memuncaknya isu kegagalan penerapan sistem

                 tentara memperluas                demokrasi barat di Indonesia. Sukarno beranggapan bahwa tata
                                                   negara Indonesia dan praktiknya dalam berbagai aspek kehiduapan
              dan mempertahankan
                                                   tidak cocok menggunakan sistem demokrasi Barat. Pandangan ini
                  kedudukan mereka                 lahir karena Konstituante tidak juga mencapai kata sepakat dalam
                           dalam sektor            menyusun konstitusi negara dan jatuh bangunnya kabinet dianggap

                            non-militer.           melahirkan instabilitas politik dalam negeri. Maka, sebagai jalan


                                                   382 Davis Jenkins, op.cit., hlm. 3.




                                       dpr.go.id   310





         02 B BUKU 100 DPR BAB 6 CETAK.indd   310                                                                  11/19/19   9:22 AM
   304   305   306   307   308   309   310   311   312   313   314