Page 311 - BUKU DUA - UPAYA MENYATUKAN KEMBALI REPUBLIK INDONESIA 1950-1960
P. 311

SEABAD RAKYAT INDONESIA
                  BERPARLEMEN



                                                   dengan sistem demokrasi terpimpin, demokrasi gotong-royong, yang
                                                   dipimpin oleh hikmah kebijaksanaan dalam permusyawaratan. Cara-
                                                   cara pelaksanaannya mula-mula dibahas dalam Dewan Nasional dan
                                                   hasinya melalui Presiden disampaikan kepada Pemerintah. Adapun
                                                   pelaksanaan demokrasi terpimpin ini ialah dengan kembali kepada
                                                   UUD 1945 karena UUDS 1950 jelas tidak akan bisa menjadi dasar yang
                                                   kuat bagi sistem yang baru itu. 384
                                                         Menyadari dibutuhkan langkah yang besar untuk menerapkan
                                                   gagasan demokrasi terpimpin, Sukarno menarik kembali gagasan
                                                   tersebut. Menurutnya banyak kalangan masih terkejut dan belum siap
                                                   dengan gagasan demokrasi terpimpin.  Barulah pada 1959 Sukarno
                                                                                       385
                                                   menyuarakan kembali gagasan demokrasi terpimpin disertai dengan
                                                   gagasan untuk kembali ke Undang-undang Dasar 1945, kembali ke
                                                   bentuk Negara Kesatuan Republik Indonesia. Gagasan tersebut kembali
                                                   Sukarno angkat ke permukaan karena Konstituante dinilai jalan di
                                                   tempat dalam memutuskan ihwal konstitusi negara. Di samping itu,
                                                   ada pula tekanan dari Angkatan Darat terhadap pemerintah, presiden
                                                   dan partai-partai politik untuk memutuskan dan mendukung gagasan
                                                   kembali ke Undang-Undang Dasar 1945.
                                                         Gagasan kembali ke Undang-undang Dasar 1945 diprakarsai
                                                   oleh A.H. Nasution. Nasution yang kala itu sedang menjabat sebagai
                                                   Kepala Staf TNI Angkatan Darat bermaksud untuk membuka jalan
                                                   kepada stabilitas ideologi, politik dan memberikan landasan politik
                                                   keamanan. Gagasan kembali ke Undang-undang Dasar 1945 adalah
                                                   upaya Nasution melaksanakan konsepsi sebagai pimpinan TNI AD
                                                   untuk mengembalikan Negara Kesatuan Republik Indonesia ke rel dan
                                                   semangat perjuangan 1945 serta mendukung pelaksanaan konsepsi
                                                   Presiden Sukarno tentang demokrasi terpimpin. 386
                                                         A.H. Nasution mengusulkan kembali ke Undang-undang Dasar
              Menyadari dibutuhkan                 1945 pada Juli 1958. Menurut Nasution, kembali ke UUD 1945 adalah
                  langkah yang besar               cara untuk menyelesaikan krisis pemerintahan yang sedang terjadi.
                   untuk menerapkan                Bagi Nasution, Undang-undang Dasar 1945 menempatkan presiden

                  gagasan demokrasi                dalam posisi yang kuat namun harus bertanggungjawab kepada Majelis
                                                   Permusyawaratan Rakyat (MPR) dan harus mendapatkan persetujuan
                   terpimpin, Sukarno              Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) dalam membuat perundang-
                      menarik kembali              undangan. Di samping itu, UUD 1945 tidak melarang kehadiran partai
                    gagasan tersebut.              384 Wilopo, Zaman Pemerintahan Partai-Partai dan Kelemahan-Kelemahannya, 1976, hlm. 53.
                                                   385 Cindy Adams, Bung Karno Penyambung Lidah Rakyat Indonesia, Edisi Revisi (Yogyakarta: Media
                                                      Pressindo dan Yayasan Bung Karno, 2014), hlm. 342.
                                                   386 A.H. Nasution, Memenuhi Panggilan Tugas Jilid 5: Kenangan Masa Orde Lama, (Jakarta: Gunung
                                                      Agung, 1985), hlm. 1-2.




                                       dpr.go.id   312





         02 B BUKU 100 DPR BAB 6 CETAK.indd   312                                                                  11/19/19   9:22 AM
   306   307   308   309   310   311   312   313   314   315   316