Page 348 - BUKU DUA - UPAYA MENYATUKAN KEMBALI REPUBLIK INDONESIA 1950-1960
P. 348

PARLEMEN D AN UPAYA
                                                                                      MENGGAPAI K ONS TITUSI
                                                                                              B AR U,1957 - 1960


                                                   oleh Presiden melalui Peraturan Presiden Nomor 24 tahun  1960
                                                   dan Peraturan Presiden Nomor 32 tahun 1964. Berdasarkan pidato
                                                   Presiden tanggal 25 Juni 1960, disebutkan bahwa tugas DPR-GR ialah
                                                   melaksanakan Manifesto Politik, merealisasikan Amanat Penderitaan
                                                   Rakyat, dan melaksanakan Demokrasi Terpimpin. Dalam upacara
                                                   pelantikan wakil-wakil ketua DPR-GR pada tanggal 5 Januari 1961,
                                                   Presiden Sukarno menjelaskan kembali bahwa kedudukan DPR-GR
                                                   ialah sebagai pembantu Presiden / Mandataris MPRS dan pemberi
                                                   sumbangan tenaga kepada Presiden untuk melaksanakan segala
                                                   sesuatu yang ditetapkan oleh MPRS. 446
                                                         Terkait perkembangan politik itu pernah ada reaksi dari kalangan
                                                   partai-partai, antara lain beberapa pemimpin Nahdlatul Ulama (NU)
                                                   dan PNI. Beberapa tokoh NU pernah menyatakan bahwa mereka
                                                   keberatan dengan pembubaran DPR hasil pemilihan umum tahun
                                                   1955. Tokoh-tokoh NU itu pun mengancam akan menarik pencalonan
                                                   anggota-anggotanya untuk DPR-GR. Namun, sikap tokoh-tokoh NU
                                                   itu kemudian berubah setelah jumlah kursi untuk partai tersebut
                                                   ditambahkan. Akibatnya ialah para tokoh-tokoh NU yang semula
                                                   menyampaikan keberatannya jadi berbalik memberikan kesempatan
                              Terkait              bagi Sukarno untuk melanjutkan kebijakan politiknya. Meskipun, ada
                   perkembangan                    beberapa tokoh yang masih keberatan karena NU harus duduk dalam

                politik itu pernah                 satu kabinet dengan PKI. NU sesungguhnya menolak Kabinet Nasakom
                                                   dan menolak kerja sama dengan PKI.
                                                                                     447
                    ada reaksi dari                      Tidak hanya beberapa tokoh NU, beberapa tokoh dari PNI
                 kalangan partai-                  pun juga ada yang menyampaikan rasa keprihatinannya terhadap
                      partai, antara               perkembangan politik pada saat itu. Tokoh-tokoh itu ialah Mr.

                     lain beberapa                 Sartono selaku Ketua DPR hasil pemilihan umum 1955 dan Mr. Iskaq
                                                   Tjokroadisurjo. Mr. Iskaq bahkan menegaskan bahwa anggota partai
                         pemimpin                  mereka yang duduk dalam DPR-GR bukanlah wakil dari PNI. Orang-

                 Nahdlatul Ulama                   orang itu sudah tidak ada lagi hubungannya dengan PNI sebab
                     (NU) dan PNI.                 mereka yang duduk dalam DPR-GR itu merupakan hasil penunjukan
                                                   langsung oleh Presiden. Selain itu, reaksi juga datang dari Prawoto
                                                   Mangkusasmito (Masyumi) dan Soetomo (Bung Tomo) dari Partai
                                                   Rakyat Indonesia.
                                                         Soetomo  bahkan  sampai mengajukan  pengaduan  kepada
                                                   Mahkamah Agung melalui suratnya tanggal 22 Juni 1960. Dalam
                                                   suratnya, Soetomo menyebutkan bahwa kabinet yang dipimpin
                                                   oleh Sukarno telah melakukan pelanggaran atas UUD 1945, melalui
                                                   446 Marwati Djoened Poesponegoro, op.cit., 2011, hlm. 421.
                                                   447  Ibid.




                       SEJARAH DEWAN PERWAKILAN RAKYAT   349
                          REPUBLIK INDONESIA 1918 – 2018




         02 B BUKU 100 DPR BAB 6 CETAK.indd   349                                                                  11/19/19   9:22 AM
   343   344   345   346   347   348   349   350   351   352   353