Page 140 - BUKU KATA FADLI CATATAN KRITIS DARI SENAYAN
P. 140

JUNGKIR BALIK  BAB VI
                                                                    EKONOMI POLITIK




                 diterbitkan UU No. 1/2014 tentang Perubahan atas UU No. 27/2007. Jadi,
                 rencana pemerintah memberikan hak pengelolaan pulau kepada asing,
                 bahkan mengiming-imingi mereka untuk memberikan nama segala, bisa
                 menabrak undang-undang.
                      Apalagi, karena kita merupakan negara maritim, pemanfaatan pulau-
                 pulau kecil harus memperhatikan fungsi pertahanan, keamanan, dan
                 kedaulatan negara Republik Indonesia. Bahkan, untuk pulau-pulau kecil
                 terluar, sesuai PP No. 62/2010 disebut jika pemanfaatan pulau-pulau kecil
                 terluar hanya bisa dilakukan untuk tiga kepentingan, yaitu pertahanan dan
                 keamanan, kesejahteraan masyarakat, serta pelestarian lingkungan.
                      Itu sebabnya pemanfaatan pulau-pulau kecil dan perairan di
                 sekitarnya, sesuai undang-undang, hanya bisa diberikan kepada orang
                 perseorangan warga negara Indonesia (WNI), badan hukum yang didirikan
                 berdasarkan hukum Indonesia, atau masyarakat adat.
                      Memang,     undang-undang     juga   membuka      kemungkinan
                 pemanfaatan bagi orang asing, tapi klausul itu, kalau kita membaca lagi
                 undang-undangnya, tidak sinkron dengan pasal-pasal lainnya, dan hingga
                 kini aturan turunannya juga tak pernah jelas. Jadi, pasal itu harusnya
                 dianggap sebagai kelemahan yang perlu segera direvisi, dan bukannya
                 malah dieksploitasi oleh pemerintah.

                      Lagi pula, pemanfaatan oleh orang asing secara perorangan adalah
                 hal yang aneh. Negara-negara seperti Jepang, Cina, atau Denmark,
                 misalnya, juga tak pernah mengizinkan investor asing mengelola pulau
                 mereka. Kalaupun investor asing diberi ruang, izin itu seharusnya hanya
                 boleh diberikan kepada badan hukum, jadi bukan diberikan kepada orang
                 asing  secara  perseorangan.  Itupun,  dengan  catatan,  tak  boleh  bersifat
                 ekslusif, di mana satu investor diizinkan menguasai satu pulau. Itu bisa
                 menutup akses dan hak masyarakat kita. Jangan sampai masyarakat kita
                 jadi dirugikan, terutama masyarakat adat yang ada di sekitar pulau.
                      Pulau-pulau yang belum bernama, seharusnya digunakan pemerintah
                 untuk memperkuat identitas keindonesiaan, dengan memberikan nama-
                 nama seperti pahlawan nasional, tokoh seniman budayawan, tokoh
                 olahraga dan atau nama-nama yang historis sesuai wilayah.
                      Jadi, kita harus segera mengubah undang-undang tentang




                                                                  CATATAN-CATATAN KRITIS  133
                                                                         DARI SENAYAN
   135   136   137   138   139   140   141   142   143   144   145