Page 230 - BUKU KATA FADLI CATATAN KRITIS DARI SENAYAN
P. 230
DI AMBANG BAB IX
KRISIS
Dengan komposisi utang valas yang demikian besar, maka
pembayaran beban utang, baik cicilan jatuh tempo maupun bunga,
tentunya terikat pula dengan mata uang asing. Ada tiga mata uang asing
yang mendominasi utang kita, yaitu dollar, Yen, dan Euro. Sehingga,
dampak dari pelemahan Rupiah terhadap sejumlah mata uang asing utama
pasti akan menambah jumlah utang dalam Rupiah dan menambah beban
yang harus dipikul APBN.
Dalam catatan saya, jika disetarakan, jumlah utang kita dalam bentuk
valas ekuivalen dengan US$109,6 miliar. Sehingga, setiap kali nilai tukar
Rupiah terdepresiasi Rp100, maka jumlah utang kita akan naik lebih dari
Rp10 triliun. Semakin besar depresiasinya, jumlah nominal yang harus kita
bayar juga menjadi semakin besar.
Itu baru bab utang pemerintah, belum lagi jika kita membahas utang
sektor publik secara keseluruhan yang hampir Rp9 ribu triliun. Atau jika
kita ikut memperhitungkan utang swasta yang per Februari 2018 sudah
mencapai Rp2.351,7 triliun. Besar sekali risiko yang bisa kita terima akibat
depresiasi nilai tukar ini. Pada saat krisis 1997/1998, kita banyak sekali
kehilangan aset strategis gara-gara krisis utang ini.
Jadi, di tengah depresiasi Rupiah yang terjadi terus-menerus,
CATATAN-CATATAN KRITIS 231
DARI SENAYAN