Page 231 - BUKU KATA FADLI CATATAN KRITIS DARI SENAYAN
P. 231
Dr. Fadli Zon, M.Sc
pemerintah tak lagi bisa berdalih jika utang Indonesia saat ini berada
pada kondisi yang aman. Dalih itu membohongi diri sendiri. Apalagi kalau
ada yang mengatakan penyesuaian normal, mesti orang itu benar-benar
tak bertanggung jawab. Jika nilai tukar Rupiah sampai tembus lebih dari
Rp14.500, saya kira kita harus kembali bersiap menghadapi krisis ekonomi.
Malah sekarang ini bisa dikategorikan awal krisis.
Apalagi, pada saat bersamaan, neraca perdagangan dan neraca
pembayaran kita posisinya juga tak bagus. Dalam periode Januari hingga
Mei 2018, empat kali kita mengalami defisit neraca perdagangan. Pada
Januari, kita mengalami defisit US$760 juta, Februari defisit US$50 juta,
April defisit US$1,63 miliar, dan Mei kemarin, kita defisit US$1,52 miliar. Ini
adalah rekor terburuk sejak 2013.
Pada saat bersamaan, pada kuartal pertama 2018, Neraca Pembayaran
Indonesia (NPI) juga tercatat defisit US$3,8 miliar. Di periode yang sama,
defisit transaksi berjalan (current acount deficit/CAD) juga mencapai
US$5,5 miliar. Sebagai catatan, selama lebih dari satu dekade terakhir,
NPI tercatat mengalami defisit itu hanya pernah terjadi pada tahun 2008,
2013 dan 2015. Dan hanya pada tahun 2013 yang nilainya mencapai US$7,32
miliar. Ini bukan kondisi yang menyenangkan.
Meski indikator perekonomian tidak menunjukkan gejala membaik,
kita belum mendengar pemerintah menjelaskan langkah-langkah
untuk mencegah terjadinya krisis. Pemerintah malah sibuk menyiapkan
pesta untuk menjamu IMF dan Bank Dunia di Bali. Sungguh ironis, saat
kurs sedang meluncur ke kisaran Rp15 ribu, dan proyeksi pertumbuhan
ekonomi bisa jatuh di bawah angka 5 persen, defisit APBN menyentuh limit
3 persen, pemerintah Indonesia malah sibuk menyiapkan jamuan bagi 15
ribu orang yang memboroskan anggaran hingga Rp850 miliar itu.
Di tengah jargon Revolusi Mental, sikap pemerintah semacam ini
justeru memperlihatkan mental seorang inlander.
Jakarta, 29 Juni 2018
232 KATA FADLI