Page 239 - BUKU KATA FADLI CATATAN KRITIS DARI SENAYAN
P. 239

Dr. Fadli Zon, M.Sc





                 5/2017 tentang Peningkatan Nilai Tambah melalui Kegiatan Pengolahan
                 dan  Pemurnian  Mineral  di  Dalam  Negeri,  yang  kedudukannya  jelas
                 lebih rendah dari UU. Permen itupun kini bahkan telah diubah lagi oleh
                 pemerintah sendiri.
                      Secara  prinsip,  perubahan  status  perusahaan  tambang  dari  KK
                 menjadi  IUPK harus  melalui  proses cukup  panjang  yang itu  melibatkan
                 DPR, tidak bisa ujug-ujug begitu saja. Kalau kita bicara tambang, maka titik
                 berangkatnya pastilah tanah pertambangan negara. Tanah pertambangan
                 negara ini terdiri dari tiga kategori, yaitu Wilayah Usaha Pertambangan
                 (WUP), Wilayah Pertambangan Rakyat (WPR), dan Wilayah Pencadangan
                 Negara  (WPN).  Setengah  dari  tanah  pertambangan  negara,  merupakan
                 WPN. Nah, WPN inilah yang boleh dijadikan wilayah usaha pertambangan.
                 Untuk menjadi wilayah usaha, maka status WPN harus diubah menjadi
                 Wilayah Usaha Pertambangan Khusus (WUPK) dulu.
                      Karena sifat strategisnya, proses menjadi WUPK ini harus melalui
                 persetujuan DPR, tidak bisa nyelonong begitu saja. Baru sesudah
                 mendapatkan persetujuan DPR, WUPK akan berubah statusnya menjadi
                 WIUPK (Wilayah Izin Usaha Pertambangan Khusus). WIUPK inilah yang
                 kemudian akan dilelang pemerintah kepada perusahaan-perusahaan
                 tambang, di mana pemenangnya itulah yang akan mengantongi apa yang
                 disebut  sebagai IUPK. Inilah  panduan resmi yang diatur oleh UU No.
                 4/2009.
                      Jadi,  lahirnya IUPK tidak bisa  hanya dari proses  administratif di
                 Kementerian ESDM saja. Tidak boleh sebuah KK ujug-ujug bisa diubah
                 menjadi IUPK, sebagaimana yang terjadi pada kasus PT Amman Mineral
                 Nusa Tenggara dan PT Freeport Indonesia. Kekeliruan ini harus dikoreksi.
                 Kita  harus  memperbaiki  tata  kelola  pertambangan  nasional.  Jangan
                 sampai  hanya  demi  kepentingan  satu  dua  perusahaan  yang  ingin  tetap
                 bisa mengekspor konsentrat tanpa membangun smelter, undang-undang
                 kita jadi dikacaubalaukan semacam ini.

                      Ketiga, UU No. 4/2009 tidak mengakui rezim kontrak dan rezim
                 izin yang berlaku secara bersamaan. Artinya, jika menjadi subyek kontrak
                 karya, ya kontrak karya saja, tidak bisa menjadi subyek kontrak karya tapi
                 sekaligus juga menjadi subyek izin usaha pertambangan secara bersamaan,




                242 KATA FADLI
   234   235   236   237   238   239   240   241   242   243   244