Page 403 - BUKU KATA FADLI CATATAN KRITIS DARI SENAYAN
P. 403

MENIMBANG   BAB XVIII
                                                                         SEJARAH




                 Sumitro Djojohadikusumo,  Jejak Perlawanan Begawan Pejuang (2000),
                 seperti dikutip dalam artikelnya itu, bagian yang dikutip Hendri, yaitu saat
                 Sumitro berpamitan kepada Sjahrir (hal. 209), hanya berselang dua halaman
                 saja dari cerita bahwa Sumitro pertama kali menghadiri panggilan CPM
                 Bandung pada 23 Maret 1957. Panggilan kedua terjadi saat Sumitro baru
                 kembali dari Tokyo. Ia diperiksa pada 6-7 Mei 1957. Dari dua pemeriksaan
                 itu, karena para pemeriksa menemukan tak ada dasar dan alasan untuk
                 menahan. Ia pun diizinkan kembali ke rumah. Jadi, tak benar jika ditulis
                 bahwa Sumitro selalu mangkir dari pemeriksaan.
                      Cerita tentang dua panggilan itu tertulis di halaman 207 dan 208 buku
                 biografi Sumitro yang dirujuk Hendri. Tapi secara gegabah (atau sengaja?),
                 ia menulis bahwa Sumitro telah mangkir dari seluruh pemeriksaan. Bagian
                 ini, bagi saya, menunjukkan unsur insinuatif dari tulisannya. Apalagi,
                 hampir semua sumber yang dirujuk, baik oleh artikel  Tirto maupun
                 Historia, sebenarnya adalah sumber-sumber yang telah dirangkum oleh
                 buku biografi Sumitro sendiri. Mereka sebagian besar hanya menyalinnya.
                 Sayangnya, penulis dua artikel itu hanya memilih narasi yang berkaitan
                 dengan tuduhan insinuatif tulisannya saja, dan mengabaikan sanggahan
                 serta fakta lain yang sebenarnya telah mementahkan tuduhan tak berdasar
                 tersebut.
                      Tulisan yang dimuat  Tirto juga miskin referensi terkait peristiwa
                 yang diceritakan dan hanya mengandalkan asumsi saja. Misalnya,  Tirto
                 menulis, “Sumitro adalah tokoh PRRI yang tampaknya jauh dari desingan
                 peluru. Dia turut melibatkan diri dalam PRRI dari pengasingannya di luar
                 negeri.”
                      Dalam biografi Ventje Sumual,  Memoar (2011), tokoh Permesta
                 tersebut menulis bahwa sesudah PRRI di Sumatera berhasil dilumpuhkan,
                 pada 1958 PRRI Sulawesi juga harus masuk ke tahap gerilya di hutan-
                 hutan. Sumual kemudian meminta Sumitro untuk meninggalkan tentara
                 yang sedang gerilya. Namun Sumitro, tulis Sumual, berkeras menolak
                 permintaan itu. Ia ingin tetap berjuang di hutan-hutan, meskipun posisi
                 mereka sudah kian terdesak.

                      Untuk membujuk Sumitro, Sumual menyampaikan bahwa sayang
                 sekali jika nantinya seorang intelektual seperti Sumitro harus mati di




                                                                  CATATAN-CATATAN KRITIS  423
                                                                         DARI SENAYAN
   398   399   400   401   402   403   404   405   406   407   408