Page 58 - BUKU KATA FADLI CATATAN KRITIS DARI SENAYAN
P. 58
BELA UMMAT, BAB III
BELA KEADILAN
(5)
UMAT BERAGAMA
JANGAN MUDAH DIADU DOMBA
ERENTETAN serangan terhadap tokoh keagamaan yang terjadi
akhir-akhir ini sungguh memprihatinkan kita. Jika sebelumnya
serangan dialami oleh sejumlah tokoh Islam, ulama dan ustad,
maka pada Minggu 11 Februari 2018, serangan kini menimpa
SGereja Santa Lidwina, Sleman, Yogyakarta. Saya mengecam
aksi tersebut, sekaligus mendesak Polri mengusut tuntas aksi-aksi brutal
ini, termasuk motif para pelaku.
Aksi penyerangan terhadap jamaah dan pimpinan Misa di Gereja
Lidwina Sleman, Yogyakarta, jelas melukai kita. Tindakan itu sama sekali
tak mencerminkan ajaran agama manapun.
Tapi di sisi lain, kita harus jeli menilai kejadian tersebut. Apalagi,
kejadian serupa bukan kali pertama terjadi. Jangan sampai kita gampang
menuduh seolah aksi terhadap kelompok A pastilah disebabkan kelompok
B, atau sebaliknya. Sebab, saya mencium aroma adu domba antar kelompok
di sini, baik antar kelompok yang berbeda agama, maupun antar kelompok
dalam satu agama.
Kalau kita tarik lagi ke belakang, sebelum peristiwa kekerasan di
Gereja Lidwina, kita mencatat setidaknya ada empat serangan serupa yang
kebetulan menimpa pemuka kalangan Islam dari ormas yang berbeda-beda.
Pertama, kekerasan terhadap K.H. Emron Umar Basyri, pengasuh Pondok
Pesantren Al-Hidayah Cicalengka, seorang tokoh NU. Kedua, serangan
terhadap Ustad Prawoto, salah satu tokoh Persis (Persatuan Islam), yang
akhirnya meninggal dunia. Ketiga, serangan terhadap seorang santri dari
Pesantren Al-Futuhat Garut, oleh enam orang tak dikenal. Dan keempat,
serangan terhadap Ustad Abdul Basit, yang dikeroyok sejumlah orang di
Jalan Syahdan, Palmerah, Jakarta Barat.
Serangan-serangan tersebut terlihat memiliki pola target yang sama.
CATATAN-CATATAN KRITIS 47
DARI SENAYAN