Page 102 - EKONOMI KERAKYATAN
P. 102

VII. SISTEM POLITIK DAN SISTEM EKONOMI
                                                    SEJARAH PEMERINTAHAN PARLEMENTER INDONESIA
                                                              SELAMA MASA TAHUN 1950- 1959

               bahkan walaupun oleh Konstituante hasil pemilu. Pemilu tahun 1955
               berhasil membentuk Konstituante secara demokratis berdasarkan
               UUDS 1950. Namun, Konstituante gagal memenuhi amanat UUDS 1950
               untuk melahirkan konstitusi baru menggantikan UUDS 1950.  Oleh
               sebab itu, Presiden Sukarno menyampaikan konsep tentang Demokrasi
               Terpimpin pada DPR hasil pemilu tahun 1955, berisi ide untuk kembali
               ke UUD 1945. Pada 5 Juli 1959, Presiden Sukarno mengeluarkan Dekrit
               Presiden 5 Juli 1959, yang berisi pada pokoknya kembali ke UUD 1945 dan
               berlaku Demokrasi Terpimpin. Juga, Presiden Sukarno membubarkan
               konstituante hasil pemilu tahun 1955, kemudian pembentukan parlemen
               dilakukan dengan penunjukkan Presiden Sukarno. Juga, dalam Demokrasi
               Terpimpin, Presiden Sukarno menjadi Kepala Negara, sekaligus menjadi
               kepala  pemerintahan  dengan membentuk  kabinet  atas dasar hak
               prerogative menunjuk anggota kabinet.

                     Dengan demikian, selama masa tahun 1950 hingga 1959 berlaku
               sistem pemerintahan parlementer, jadi demokrasi yang berlaku adalah
               demokrasi parlementer. Dalam demokrasi parlementer selama masa
               1950 hingga 1959, Perdana Menteri ditetapkan oleh dan bertanggung
               jawab kepada parlemen.  Kondisi ini berarti Perdana Menteri dan kabinet
               akan sangat bergantung pada partai anggota parlemen. Perdebatan dan
               pertentangan partai di parlemen akan melahirkan mosi tidak percaya,
               sehingga Perdana Menteri dan kabinet silih berganti atau mengalami
               jatuh bangun. Jadi, sistem dan kondisi demokrasi dan pemerintahan
               seperti itu bersifat liberal, karena parlemen dapat menjatuhkan
               pemerintahan parlementer yang dipimpin oleh Perdana Menteri dan
               dilaksanakan bersama kabinet.
                     Sistem parlementer berdasarkan UUDS 1950 itu diakhir dengan
               dikeluarkannya Dekrit Presiden Sukarno pada 5 Juli 1959. Isi dari Dekrit
               Presiden 5 Julu 1959 ada 3. Pertama, Kembali berlakunya UUD 1945 dan
               UUDS 1950 tidak berlaku lagi. Kedua, Pembubaran konstituante bentukan
               berdasarkan hasil pemilu tahun 1955. Ketiga, Pembentukan lembaga
               negara Majelis Permusyawaratan Rakyat Sementara disingkat MPRS,
               serta lembaga Dewan Pertimbangan Agung Sementara disingkat DPAS.
                     Sisi positif dari Dekrit Presiden 5 Juli 1959 dapat dikemukakan :

               1. Perintah Presiden untuk kembali ke UUD 1945 telah memberikan
               undang-undang  dasar sebagai  pijakan  hukum dan  pedoman yang



                                                                              99
                                                                      dpr .go.id
   97   98   99   100   101   102   103   104   105   106   107