Page 177 - BUKU SATU - DARI VOLKSRAAD KE KOMITE NASIONAL INDONESIA PUSAT 1918-1949
P. 177

SEABAD RAKYAT INDONESIA
                  BERPARLEMEN



                                                         Hindia Belanda pada 1930-an terseret ke dalam krisis ekonomi
                                                   yang merajalela di seluruh dunia. Sebagai negeri yang banyak
                                                   mengekspor Hindia Belanda sangat terpukul, lebih-lebih karena selama
                                                   beberapa tahun tidak mau melepaskan standar emasnya. Perusahaan-
                                                   perusahaan besar terkena, dengan akibat bahwa penurunan upah dan
                                                   pemecatan secara besar-besaran membawa penderitaan berat bagi
                                                   rakyat. Pemerintah Hindia Belanda juga mengadakan penghematan,
                                                   secara keseluruhan, semua tindakan ini pun diselaraskan kepada
                                                   tuntutan untuk mempertahankan standar emas dan dengan demikian
                                                   sama sekali tidak mempertimbangkan kepentingan penduduk.  358
                                                         Di Volksraad, Thamrin membantah bahwa apa yang disebut
                                                   sebagai krisis itu tidak lebih dari upaya membawa badan itu untuk
                                                   sejalan dengan aspirasi para anggotanya. Tidak ada masalah konspirasi
                                                   dalam persoalan tersebut. Semua saran yang telah dipersiapkan,
                                                   juga konsep Sukarno tentang reorganisasi PPPKI, diumukan secara
                                                   terbuka. 359  Dalam membaca jalannya kejadian, tidaklah secerah
                                                   seperti yang diharapkan oleh kawan-kawannya di dewan. Konferensi
                                                   PPPKI diadakan di Sala, pada 30 April dan 1 Mei 1932 dengan agenda
                                                   mempersiapkan bahan-bahan sejak berlangsungnya Kongres Indonesia
                          Di Volksraad,
                                                   Raya pada 1-3 Januari.
              Thamrin membantah                          Dalam kongres tersebut, timbul permusuhan di antara Sartono

                     bahwa apa yang                dan Sutomo, terutama karena kelakuan arbitrer Sutomo selama
                      disebut sebagai              persiapan. Sutomo sendiri telah melakukan perubahan terhadap
                                                   beberapa bagian program yang telah disiapkan oleh Thamrin dalam
                         krisis itu tidak          “Susunan dan Peraturan Kongres”,  yang dibuat pada tanggal 23 sampai
                                                                                 360
                     lebih dari upaya              31 Juli, serta 10 dan 14 Desember 1930. Dua pertemuan yang pertama

                   membawa badan                   dilaksanakan di kediamannya di Sawah Besar, dan berhasil membuat
                                                   kongres itu menjadi terbuka, bukan hanya bagi anggota PPPKI saja
                     itu untuk sejalan             tetapi juga bagi organisasi lain. Para pimpinan ini diperbolehkan juga

               dengan aspirasi para                menyampaikan usul mereka sendiri tentang masalah politik, sosial,
                          anggotanya.              dan ekonomi. Dalam dua pertemuan lainnya juga di Sawah Besar, ia
                                                   mengusulkan dibentuknya suatu front pergerakan melalui institusi
                                                   permanen yang akan bertindak sebagai payung bagi seluruh organisasi
                                                   pribumi. Persoalan ini disampaikan dalam pertemuan di Sala, pada
                                                   tanggal 24 Mei 1931. Dalam pertemuan itu, kata “Permufakatan” diganti
                                                   dengan kata “Persatuan”. Usulan Thamrin ditentang oleh Sutomo yang
                                                   menangguhkan, menunda, sehingga selanjutnya tak dapat diterima
                                                   lagi.
                                                   358  Nugroho Notosusanto, Marwati Djoened Poesponegoro, Op. Cit., hlm. 86.
                                                   359  Handelingen Volksraad 1932-1933, hlm. 893-894
                                                   360  PPPI dan PPKD Kasimo berpihak pada Sartono (Lihat B.R. van der Most “Indonesia Raja Congress”,
                                                      Laporan PID, terlampir pada surat Verheijen kepada De Jonge, 28 Januari 1932, Mr, 123/1932




                                       dpr.go.id   174





         A BUKU SATU DPR 100 BAB 03 CETAK.indd   174                                                               11/18/19   4:50 AM
   172   173   174   175   176   177   178   179   180   181   182