Page 271 - BUKU SATU - DARI VOLKSRAAD KE KOMITE NASIONAL INDONESIA PUSAT 1918-1949
P. 271
Chuo S angi-In 1942 – 1945
masalah tenaga kerja dan penambahan hasil produksi.
Sementara itu, dalam rangka memperoleh dukungan yang
sangat besar dari penduduk di wilayah Bogor yang potensial akan
hasil buminya, pemerintah di Bogor pada 14 Mei 1944 mengundang
para anggota Chuo Sangi-in untuk berkunjung ke perkebunan di
Bogor. Setibanya di Bogor, para anggota Chuo Sangi-in diterima
oleh Dr. Hakaide, Kepala Dinas Perkebunan Bogor yang menjelaskan
tentang berbagai percobaan yang telah dilakukan untuk menambah
penyediaan bahan makanan dan bahan untuk pakaian rakyat. Pada
usaha penyediaan bahan makanan, dilakukan percobaan menanam
Saat acara tanaman “cantel”, yaitu sejenis jagung yang didatangkan dari beberapa
kunjungan negara Asia Timur. Sementara dalam rangka menambah bahan pakaian,
tersebut, Soekarno ditanam tanaman kapas, macam-macam sisal, atau rosela. 514
Selanjutnya, Hakaide mengajak para anggota Chuo Sangi-in
melakukan melihat ke suatu ruangan yang terdapat banyak tanaman seperti padi,
seikeirei jagung, dan ubi. Selain itu, di ruangan tersebut juga ada benang yang
(membungkukkan dibuat dari kapuk randu bercampur serat, serta benang yang terbuat
badan) dan dari kapas yang digunakan sebagai bahan baku membuat pakaian.
Setelah mengunjungi Bogor, pada 12 Mei para anggota Chuo Sangi-in
mokuto juga mengadakan kunjungan ke Sukabumi, yaitu ke Sekolah Polisi di
(mengheningkan Sukabumi dan disambut oleh ratusan murid di sekolah itu. Rombongan
cipta), kemudian ia Chuo Sangi-in saat itu dipimpin oleh Zimukyokucho dan Gicho-nya,
memperkenalkan yaitu Ir. Soekarno. Saat acara kunjungan tersebut, Soekarno melakukan
seikeirei (membungkukkan badan) dan mokuto (mengheningkan cipta),
para anggota kemudian ia memperkenalkan para anggota Chuo Sangi-in kepada para
Chuo Sangi-in murid Sekolah Polisi. Pada kunjungan tersebut Soekarno berpidato:
kepada para murid
Sekolah Polisi. “Tenaga sepuluh tahun harus kita kumpulkan
dalam setahun ini. Tuan-tuan bukan kaum pekerja
biasa, tetapi prajurit yang akan berjuang untuk
mencapai kemenangan akhir, bukan saja pada masa
perang, juga sesudah perang. Azas yang penting
sekali bagi kewajiban tuan-tuan ialah bertabiat suci
dan berbudi pekerti tinggi. Itulah semangat yang
menyusun masyarakat baru. 515
514 Susanto Zuhdi, 2017, Bogor Zaman Jepang 1942—1945 (Depok: Komunitas Bambu), hlm. 86
515 Ibid., hlm. 87
SEJARAH DEWAN PERWAKILAN RAKYAT 269
REPUBLIK INDONESIA 1918 – 2018
A BUKU SATU DPR 100 BAB 04 CETAK BARU.indd 269 11/18/19 4:51 AM