Page 267 - BUKU SATU - DARI VOLKSRAAD KE KOMITE NASIONAL INDONESIA PUSAT 1918-1949
P. 267
Chuo S angi-In 1942 – 1945
janji yang dicita-citakan oleh rakyat Indonesia, walaupun tetap dalam
usaha untuk mencapai kemerdekaan tidak terlepas dari kerja keras
yang dilakukan oleh rakyat.
Pokok pembicaraan dalam sidang pertama Chuo Sangi-in
adalah, “bagaimana cara dan jalan yang praktis dalam menggiatkan
usaha Perang Asia Timur Raya yang dapat disumbangkan oleh
penduduk Jawa?”. Somubucho atau Kepala Departemen Urusan Umum
mcnerangkan maksud dari pertanyaan atau permintaan nasihat Saiko
Shikikan, yaitu tentang bagaimana cara memperkuat tenaga perang
dengan menggerakkan semua sumber, baik tenaga manusia maupun
benda. Menurut Somubucho, usaha memperbesar tenaga perang dapat
dilakukan apabila tenaga rakyat dipersatukan.
Selain itu, harus diperhatikan juga masalah di garis belakang,
yaitu bagaimana cara untuk membesarkan hati para prajurit di medan
perang dengan melindungi urusan rumah tangga mereka. Selanjutnya,
dikatakannya bahwa kaum buruh mempunyai peranan penting,
Somubucho atau misalnya untuk membuat lapangan udara atau membuka sumber-
Kepala Departemen sumber bahan mentah di berbagai daerah di Indonesia. Mengenai
Urusan Umum masalah yang berhubungan dengan kebendaan kemudian dijelaskan
mcnerangkan oleh Somubucho, bahwa hal yang penting adalah menghilangkan
maksud dari kebiasaan menggunakan barang-barang buatan luar negeri.
Pernyataan yang terakhir yang tersebut di atas tampak
pertanyaan atau sangat bertentangan dengan keadaan rakyat Indonesia, yang sejak
permintaan nasihat pendudukan Jepang tidak pernah atau tidak mampu untuk membeli
Saiko Shikikan, ... barang-barang buatan luar negeri, karena segala sesuatunya diambil
oleh Jepang dengan dalih untuk kepentingan Perang Asia Timur Raya.
Selain itu, dibicarakan pula masalah cara memperbesar hasil bumi,
agar dapat memenuhi kebutuhan sendiri dan juga memperbesar
kekuatan perang. Bila dikatakan untuk kepentingan perang, memang
dapat dibenarkan, tetapi sulit rasanya untuk dikorelasikan upaya
untuk memenuhi kebutuhan sendiri. Bahkan para petani dipaksa untuk
menyerahkan padinya, ataupun diharuskan menjual padinya dengan
harga yang sudah ditentukan oleh Pemerintah Pendudukan Militer
Jepang. Semua ini membuat para petani di Jawa semakin menderita.
Dalam merundingkan pertanyaan Saiko Shikikan, sesuai dengan
penjelasan Somubucho, Ketua Chuo Sangi-in memutuskan untuk
membentuk empat bunkakai (panitia kecil). Bunkakai I membahas soal
memperkuat dan melindungi prajurit Peta, Bunkakai II membahas soal
pengerahan tenaga pekerja untuk keperluan perang dan masyarakat,
SEJARAH DEWAN PERWAKILAN RAKYAT 265
REPUBLIK INDONESIA 1918 – 2018
A BUKU SATU DPR 100 BAB 04 CETAK BARU.indd 265 11/18/19 4:51 AM