Page 292 - BUKU SATU - DARI VOLKSRAAD KE KOMITE NASIONAL INDONESIA PUSAT 1918-1949
P. 292
SEABAD RAKYAT INDONESIA
BERPARLEMEN
waktu yang tepat dari kemerdekaan itu sendiri, seperti yang juga
dilakukan pemerintah Jepang terhadap Burma dan Filipina. Pengaruh
janji Koiso bagi bangsa Indonesia kemudian ditulis secara besar-besaran
dalam sejumlah surat kabar setempat, sehingga muncul perasaan
antusias, gembira, dan berterima kasih di kalangan masyarakat, serta
muncul perayaan-perayaan sesudahnya. Tetapi, apakah sambutan
rakyat terhadap janji Koiso waktu itu dilakukan dengan sepenuh hati
sesungguhnya tidak dapat ditentukan, mengingat segala hal yang
terjadi dilakukan atas sponsor Jepang dalam rangka propagandanya.
Maka, sebelas bulan terakhir Pemerintah Pendudukan Militer
Jepang di Indonesia dapat dibagi menjadi dua periode. Yang pertama,
mulai bulan September sampai bulan Februari 1945, sedangkan yang
kedua adalah dari bulan Maret sampai bulan Agustus 1945. Janji Koiso
tentang kemerdekaan Indonesia menimbulkan luapan semangat yang
berjangkit cepat di antara rakyat Indonesia, terutama di Jawa. Pada
saat itu, tujuan utama Jepang adalah mengidentifikasikan perangnya
dengan perjuangan pemimpin-pemimpin Indonesia untuk menolak
kembalinya kekuasaan Belanda. Menurut Harry J. Benda, bagaimanapun
juga orang Indonesia, terutama di Jawa, tidak mempunyai pilihan lain
selain membuat atau menganggap perang Jepang sebagai perangnya
Indonesia, sebab harga yang harus dibayar untuk merebut otonomi
akan jauh lebih besar.
Menurut W.H. Elsbree, setelah tanggal 7 September 1944, juru
bicara Indonesia seperti dalam pidato Ir. Soekarno atau nasionalis
lainnya tampak mulai kurang berpihak pada Jepang. Keterangan
526
itu memang tampak berlawanan bila kita bandingkan dengan laporan
tertulis pidato radio Soekarno yang berjudul “Penggemblengan Rakyat
Setelah Indonesia ke arah Kemerdekaan” pada tanggal 8 Desember 1944 yang
semangat massa masih berisi pujian terhadap Jepang dan mengritik habis liberalisme
Amerika dan Inggris. Tetapi, haruslah diingat juga bahwa sebuah
mulai menyusut, laporan tertulis tidak selalu mesti sesuai dengan pidato yang diucapkan.
semakin Hal ini terbukti dari sambutan-sambutan yang luar biasa dari massa,
jelas bahwa dan seringkali para nasionalis yang memberi pidato itu dipanggil oleh
kemerdekaan yang Gunseikan untuk mempertanggungjawabkannya. Setelah semangat
massa mulai menyusut, semakin jelas bahwa kemerdekaan yang
dijanjikan Jepang dijanjikan Jepang masih jauh. Sementara Pemerintah Pendudukan
masih jauh. Militer Jepang merasa dapat menggunakan janji ini sebagai “alat
526 Ibid., hlm. 78
dpr.go.id 290
A BUKU SATU DPR 100 BAB 04 CETAK BARU.indd 290 11/18/19 4:51 AM