Page 360 - BUKU SATU - DARI VOLKSRAAD KE KOMITE NASIONAL INDONESIA PUSAT 1918-1949
P. 360

K omite Nasional  Indonesia Pusa t
                                                                                                       1945 – 1949


                                                   5.3.1  Pandangan BP KNIP terhadap
                                                   aktivitas Persatuan Perjuangan

                                                         Setelah Sidang Pleno ke-4 KNIP usai, BP KNIP kembali aktif
                                                   bekerja seperti biasanya. BP KNIP menyoroti masalah yang diakibatkan
                                                   oleh aktivitas PP. Pada masa-masa setelah Sidang Pleno ke-4,
                                                   popularitas PP memang semakin naik ke permukaan dengan berbagai
                                                   kegiatan politik yang dijalankannya. Dari sudut pandang pemerintah
                                                   RI, keaktifan kelompok oposisi ini dianggap merugikan. Pada tanggal
                                                   17 Maret 1946, bertepatan dengan selesainya Kongres PP di Madiun

                                Setelah            pada tanggal 15–17 Maret 1946, tokoh-tokoh PP seperti adalah Tan
                                                   Malaka, Sukarni, Abikusno Cokrosuyoso, Mohammad Yamin, Chaerul
                        penangkapan                Saleh, dan Sayuti Melik ditangkap oleh pemerintah Kabinet Syahrir.
                     tokoh-tokoh PP                Menteri Pertahanan Amir Syarifuddin mengatakan bahwa:

                   oleh pemerintah,

                   kegiatan PP tetap                                “Oleh sebab oposisi yang tidak loyal terus
                                                               dilakukan Persatuan Perjuangan, maka langkahnya
                     berjalan seperti                          diawasi, sebab ada kekuasaan lain di luar kekuasaan
                              biasanya.                        pemerintah. Hal ini tidak boleh dibiarkan karena

                                                               dalam fase yang seperti sekarang ini, hal itu
                                                               berbahaya. Selain daripada itu, ada beberapa
                                                               kenyataan yang Persatuan Perjuangan mengadakan
                                                               gerakan untuk merubuhkan Pemerintahan Pusat
                                                               dengan jalan di luar undang-undang”. 609


                                                         Setelah penangkapan tokoh-tokoh PP oleh pemerintah, kegiatan
                                                   PP tetap berjalan seperti biasanya. PP berusaha untuk merangkul
                                                   berbagai organisasi politik, sosial, ekonomi, dan juga badan-badan
                                                   perjuangan  rakyat untuk hadir dalam konferensi di  Gedung  KNI
                                                   Yogyakarta tanggal 5 Mei 1946, sekitar dua bulan setelah penangkapan
                                                   tokoh-tokoh PP, yang tujuannya adalah untuk membentuk konsentrasi
                                                   nasional.  Konferensi ini berhasil diadakan dan dihadiri oleh berbagai
                                                           610
                                                   perwakilan organisasi-organisasi seperti Pesindo, Partai Sosialis, Partai
                                                   Katolik (PKRI), Barisan Tani Indonesia, dan juga perwakilan dari PP
                                                   sendiri. Hasil dari konferensi ini adalah pembentukan Konsentrasi
                                                   Nasional yang dijadikan sebagai suatu federasi organisasi politik,
                                                   ekonomi, sosial, atau juga badan perjuangan yang memiliki kantor
                                                   pusat dan kantor cabang, setidaknya sepuluh cabang, dalam lima

                                                   609  Pramoedya Ananta Toer, Koesalah Soebagyo Toer, dan Ediati Kamil, 1999, Op.Cit., hlm. 174
                                                   610   Deliar Noer dan Akbarsyah, 2005, Op.Cit., hlm. 68




                            SEJARAH DEWAN PERWAKILAN RAKYAT   359
                              REPUBLIK INDONESIA 1918 – 2018




         A BUKU SATU DPR 100 BAB 05 CETAK.indd   359                                                               11/18/19   4:52 AM
   355   356   357   358   359   360   361   362   363   364   365