Page 423 - BUKU SATU - DARI VOLKSRAAD KE KOMITE NASIONAL INDONESIA PUSAT 1918-1949
P. 423

SEABAD RAKYAT INDONESIA
                  BERPARLEMEN



                                                   1. Sidang BP KNIP 20 September 1949
                                                         Pada tanggal 20 September 1949, BP KNIP mengadakan sidang
                                                   untuk meminta keterangan pemerintah tentang perkembangan
                                                   perundingan KMB. Menteri Kehakiman Susanto Tirtoprojo dan Menteri
                                                   Dalam Negeri Wongsonegoro menjelaskan bahwa tujuan KMB adalah
                                                   menyerahkan kedaulatan kepada RIS sebelum 1 Januari 1950. Mengenai
                                                   pokok-pokok perjanjian KMB, Menteri Susanto Tirtoprojo mengatakan
                                                   bahwa KMB sejauh ini hanya membahas mengenai kerja sama Republik
                                                   Indonesia Serikat (RIS) dengan Belanda.  Dalam perkembangannya,
                                                                                        668
                                                   KMB juga memasukkan butir mengenai pengakuan kedaulatan RIS
                                                   oleh Belanda.


                                                   2. Sidang BP KNIP 24 Oktober 1949
                                                         BP KNIP menggelar sidang tebuka untuk mendengarkan
                                                   keterangan pemerintah tentang Perundingan KMB. Sidang BP
                                                   KNIP mendengarkan keterangan dari Pejabat PM, Sri Sultan
                                                   Hamengkubuwono IX, yang menggantikan Hatta yang ketika itu
                                                   sedang berada di Den Haag dalam rangka KMB. Menurut Sultan
                                                   Hamengkubuwono IX, penyebab tidak lancarnya perundingan dalam
                                                   KMB terdiri dari dua hal pokok, yaitu:
                                                         a.  Mengenai Uni Indonesia-Belanda. Indonesia menghendaki
                                                            agar sifat “Uni” tersebut hanyalah sebatas kerja sama yang
                                                            bebas, tanpa adanya organisasi permanen, sedangkan
                                                            Belanda menginginkan kerja sama yang luas dengan
                                                            organisasi permanen yang luas cakupannya.
                                                         b.  Mengenai hutang kolonial, Indonesia hanya mengakui
                                                            hutang-hutang Hindia Belanda sampai kekalahan Belanda
                                                            kepada Jepang. Sementara pihak Belanda berpendapat bahwa
                            ,,, delegasi                    Indonesia harus mengambil semua kekayaan maupun hutang

                   Indonesia dalam                          Hindia Belanda, termasuk biaya-biaya perang kolonial, dan
                 Perundingan KMB                            juga revolusi.

                        berpedoman                       Sultan Hamengkubuwono juga menjelaskan bahwa delegasi
                                                   Indonesia dalam Perundingan KMB berpedoman pada mandat yang
                       pada mandat                 diberikan oleh Pemerintah RI. Pedoman yang menjadi dasar bagi

                     yang diberikan                delegasi Indonesia di KMB, adalah sebagai berikut:
                   oleh Pemerintah

                                      RI.


                                                   668  Merdeka, 22, 26, dan 27 September 1949, dalam Deliar Noer dan Akbarsyah, 2005, Op.Cit., hlm.
                                                      233



                                       dpr.go.id   422





         A BUKU SATU DPR 100 BAB 05 CETAK.indd   422                                                               11/18/19   4:53 AM
   418   419   420   421   422   423   424   425   426   427   428