Page 58 - BUKU DAULAT RAKYAT FAHRI HAMZAH
P. 58
BAB I
Dr. Fadli Zon, M.Sc
ISU-ISU KONTEMPORER DEMOKRASI
demikian, mungkin masuk akal untuk mengatakan bahwa
sistem presidensial lebih demokratis dan berorientasi
pada konsensus daripada sistem parlementer. Meskipun
secara teori layak untuk berpendapat bahwa sistem
presidensial mungkin lebih berorientasi pada konsensus,
ini hanya berlaku ketika ada pemerintahan yang terpecah.
Bahkan kemudian apa yang paling mungkin terjadi adalah
kemacetan dan inefisiensi.
Di lain sisi, Araujo dkk (2016) mengamati bahwa
menurut sebuah debat yang dimulai pada 1990-an, sistem
presidensial dicirikan oleh proses pengambilan keputusan
non-kolegial, dipimpin oleh dan dipersonifikasikan dalam
figur presiden, berbeda dengan sistem parlementer di
mana proses pengambilan keputusan bersama adalah hal
yang lazim. 30
Perdebatan tentang desain konstitusional dan proses
pengambilan keputusan dalam sistem presidensial kembali
muncul dalam ilmu politik modern karena gelombang
ketiga demokrasi (Hungtington, 1993). Menurut Carey
(2005), gelombang ketiga demokrasi mengungkapkan tren
penting tertentu, seperti pembentukan rezim demokratis
di negara-negara yang tidak memiliki pengalaman
30 Victor Araújo, Thiago Silva and Marcelo Vieira, “Measuring Presidential Dominance over
Cabinets in Presidential Systems: Constitutional Design and Power Sharing”, Brazilian
Political Science Review, 10-2, 2016
31 Araujo et al, Ibid
45 DPR RI