Page 62 - BUKU DAULAT RAKYAT FAHRI HAMZAH
P. 62
BAB I
Dr. Fadli Zon, M.Sc
ISU-ISU KONTEMPORER DEMOKRASI
1994). Dalam hal ini, sistem parlementer sangat kontras.
Cabang eksekutif harus selalu bertanggung jawab dan
bertanggung jawab kepada legislatif, meskipun yang
pertama cenderung memimpin mayoritas legislatif dalam
proses pembuatan kebijakan. Kemungkinan penghapusan
mosi tidak percaya meningkatkan akuntabilitas eksekutif.
Proses bersama antara keduanya diperlukan. Artinya
lebih banyak langkah dialog dan lebih banyak peserta
yang terlibat sebelum pengambilan keputusan. Dengan
demikian, ada kemungkinan yang lebih besar untuk
membentuk mayoritas dalam menerapkan kebijakan
pemerintah (Stephan dan Skach, 1993).
Ciri-ciri yang lebih penting dari sistem presidensial
sebagai lawan dari sistem parlementer adalah karakteristik
winner-take-all. Tidak seperti pemilihan legislatif, tidak
ada potongan kue bagi yang kalah dalam pemilihan
presiden, bahkan ketika pemenang menerima kurang dari
mayoritas suara. Selain itu, kecuali dalam beberapa kasus
yang sangat jarang, presiden tidak harus membentuk
pemerintahan koalisi dengan menunjuk anggota partai
lain ke kursi kabinet. Dengan demikian, banyak kelompok
minoritas besar, atau kadang-kadang bahkan mayoritas
yang terbagi, menjadi tidak terwakili. Hal ini membuka
kemungkinan polarisasi konstituen.
49 DPR RI